Jakarta (ANTARA News) - Kepala Eksekutif Facebook Inc Mark Zuckerberg terancam dipanggil dewan perwakilan rakyat Amerika Serikat dan Eropa untuk menjelaskan bagaimana bisa sebuah perusahaan konsultan yang bekerja untuk tim kampanye Presiden Donald Trump memperoleh akses yang tidak layak dalam mendapatkan data 50 juta pengguna Facebook.
Kemarin harga saham Facebook tertekan 7 persen atau hampir 40 miliar dolar dari nilai kapitalisasinya setelah pelaku pasar mengkhawatirkan legislasi baru dapat merusak bisnis iklan raksasa media sosial itu.
"Selubung telah membuka kotak hitam praktik data Facebook, dan gambarannya tidak bagus," kata Frank Pasquale, profesor hukum pada Universitas Maryland yang menulis buku penggunaan data di Lembah Silikon.
Para wakil rakyat di AS, Inggris dan Eropa telah menyerukan investigasi menyangkut laporan media massa bahwa perusahaan analisis politik Cambridge Analytica telah memanen data dari sekitar 50 juta pengguna Facebook untuk menciptakan teknik-teknik yang mendukung kampanye kepresiden Trump pada 2016.
Perkembangan terbaru ini menjadi ancaman terbaru bagi reputasi Facebook yang sebelumnya sudah tercoreng oleh dugaan Rusia telah memanfaatkan tool-tool Facebook untuk mengarahkan pemilih AS dengan posting-posting berita hasutan dan bohong, sebelum dan sesudah Pemilu 2016.
Senin waktu setempat lalu Facebook mengaku telah menyewa perusahaan forensik digital Stroz Friedberg untuk mengaudit menyeluruh Cambridge Analytica yang sudah sepakat mematuhi dan memberi perusahaan forensik digital itu akses ke server-server dan sistem mereka.
Cambridge Analytica membantah keras tudingan media massa dan mengaku telah menghapus semua data Facebook yang mereka peroleh dari sebuah aplikasi pihak ketiga pada 2014 setelah menyadari bahwa informasi itu tak sejalan dengan aturan perlindungan data.
Tetapi tuduhan taktik busuk kepada perusahaan penganalisis data itu bertambah Senin waktu setempat setelah saluran televisi Inggris Channel 4 News menyiarkan video para eksekutif Cambridge Analytica membahas penggunaan suap, para mantan agen rahasia dan para pekerja seks Ukraina untuk menjebak para politisi.
Baca juga: Cambridge Analytica di pusat skandal manipulasi jutaan data Facebooker
Facebook sudah dipanggil Kongres AS Sabtu pekan lalu untuk ditanyai soal pengamanan data pribadi setelah New York Times dan The Observer melaporkan skandal manipulasi data Facebook.
Kemarin, Senator John Kennedy dari Partai Republik meminta Zuckerberg untuk bersaksi di Kongres, sedangkan Senator Ron Wyden dari Demokrat mengirimkan surat kepada Zuckerberg untuk menanyakan kebijakan perusahaan media sosial itu dalam berbagi data pengguna dengan pihak ketiga.
Facebook biasanya mengutus para pengacara, organisasi perdagangan dan perusahaan teknologi lainnya untuk bersaksi di Kongres.
Facebook dan pesaing-pesaingnya seperti Twitter Inc dan YouTube telah mengambil langkah sukarela untuk membatasi kemungkinan intervensi asing dan memerangi berita bohong, tetapi mereka tidak pernah dipaksa hukum atau aturan untuk mengubah kebijakannya.
Belum jelas benar apakah Partai Republik yang mengetuai berbagai komisi di Kongres akan mengumumkan dengar pendapat terkait Facebook dan Cambridge Analytica ini. Tetapi komentar para wakil rakyat itu mencerminkan keinginan membentuk penyelidikan bipartisan (dua pihak; Republik dan Demokrat) mengenai apakah perusahaan-perusahaan internet bisa dipercaya menyangkut samudera data pengguna yang mereka kumpulkan.
Beberapa pelobi teknologi diam-diam mengakui bahwa era tidak tersentuhnya Lembah Silikon oleh legislatif AS mulai meredup.
Senin waktu AS, Senat berniat mengajukan RUU yang mencampakkan tameng legal industri internet yang dikenal dengan Bab 230 UU Kesusilaan Komunikasi, untuk menutup perdagangan seks online. RUU ini sudah diloloskan DPR dan segera menjadi undang-undang.
Facebook berkata Jumat pekan lalu bahwa pada 2015 sudah mengetahui seorang profesor psikologi dari Universitas Cambridge telah berbohong kepada Facebook dan telah melanggar kebijakan raksasa media sosial itu dengan meneruskan data ke Cambridge Analytica dari sebuah aplikasi penguji psikologi yang dia ciptakan.
Facebook menyatakan telah menutup akun perusahaan-perusahaan dan periset-periset yang terlibat dalam kasus itu. Facebook juga menyatakan data itu telah disalahgunakan, tetapi bukan hasil pencurian data karena pengguna Facebook memang sudah memberikan izin kepada si profesor.
Baca juga: Inggris dan AS geger, puluhan juta profil Facebook dimanipulasi untuk Trump
Pewarta: SYSTEM
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018