Jakarta (ANTARA News) - Indonesia punya visi menjadi 10 besar ekonomi dunia kelak dengan implementasi revolusi industri 4.0.
"Aspirasi Indonesia menjadi 10 besar ekonomi pada 2030," kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam sambutan Sosialisasi Peta Jalan (Roadmap) Implementasi Industry 4.0 di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa.
Revolusi industri 4.0 diharapkan bisa mengembalikan angka net export Indonesia menjadi 10 persen sama seperti yang pernah dicapai pada 2001 silam, 13 kali lipat dibandingkan saat ini yang angkanya 0,8 persen. Selain itu, Indonesia juga bertekad meningkatkan produktivitas tenaga kerja menjadi dua kali lipat dibandingkan peningkatan biaya tenaga kerja. Ke depan, setidaknya 2 persen dari GDP dialokasikan ke dalam aktivitas R&D teknologi dan inovasi, tujuh kali lipat dibandingkan situasi saat ini.
Penerapan revolusi industri terbaru itu bakal membawa peluang untuk merevitalisasi sektor manufaktur, meningkatkan produksi tenaga kerja, memperkuat posisi net export dan menciptakan lapangan kerja baru.
Baca juga: Indonesia optimistis jadi pemain kunci revolusi industri 4.0 di Asia Tenggara
Revolusi industri generasi keempat ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin konvergensi batas antara mesin, manusia dan sumber daya lainnya lewat teknologi infodmasi dan komunikasi.
Ada lima teknologi utama yang jadi pembangun sistem revolusi industri 4.0, di antaranya internet of things, artificial intelligence, human machine interface, teknologi robotik dan sensor serta teknologi 3-D printing.
Pemerintah merancang program "Making Indonesia 4.0" yang merupakan roadmap terintegrasi serta kampanye untuk menerapkan strategi industri 4.0.
Kementerian Perindustrian RI menyelenggarakan Breakfast Meeting bersama pelaku usaha dari lima sektor industri yang menjadi dianggap paling siap menerapkan revolusi industri 4.0. Sektor-sektor itu meliputi makanan & minuman, tekstil, otomotif, elektronika dan kimia.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018