Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat sebesar 18 poin menjadi Rp13.759 dibanding posisi sebelumnya Rp13.777 per dolar AS.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Selasa mengatakan pergerakan mata uang rupiah terapresiasi terhadap dolar AS, namun cenderung masih terbatas di tengah antisipasi pasar terhadap pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada pekan ini.
"Faktor teknikal mempengaruhi pergerakan rupiah setelah sebelumnya mengalami tekanan. Menjelang FOMC, pergerakan rupiah masih dibayangi sentimen negatif," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, pergerakan rupiah juga relatif tertahan menyusul proyeksi pemerintah terhadap ekonomi Indonesia pada kuartal pertama 2018 tidak akan lebih tinggi dari pencapaian kuartal pertama 2017 lalu yang tercatat 5,01 persen.
"Hal itu disebabkan karena adanya pergeseran masa panen dari Maret ke April," paparnya.
Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih menambahkan proyeksi ekonomi itu terutama karena puncak panen raya mundur dari biasanya Maret ke April, ditambah pertumbuhan kredit yang masih lambat sebesar 7,4 persen (year on year) per Januari 2018.
Di sisi lain, lanjut dia, daya beli juga belum membaik. Perlambatan di sektor ritel bisa menjadi sumber perlambatan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
"Namun, kemungkinan rupiah masih dalam penjagaan Bank Indonesia di kisaran antara Rp13.750-Rp.13.775 per dolar AS," paparnya.
Baca juga: DPR minta BI gerak cepat untuk stabilisasi kurs rupiah
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018