Irak begitu haus terhadap pertandingan-pertandingan internasional di kandang sendiri sejak invasi Kuwait pada 1990, meski negara itu dapat mengadakan sejumlah pertandingan persahabatan, termasuk pertandingan pada 28 Februari melawan Arab Saudi di Basra.
"Ini merupakan momen signifikan dalam membentuk masa depan sepak bola di Irak," kata presiden AFC Shaikh Salman bin Ebrahim Al Khalifa dalam pernyataannya seperti dilaporkan Reuters.
"AFC, dan keluarga sepak bola Asia sebagai satu kesatuan, telah mendukung struktur kembalinya sepak bola kompetitif ini ke Irak."
Pada awal bulan ini, dua pertandingan Piala AFC yang melibatkan klub-klub Irak ditunda sampai bulan depan dengan harapan mereka dapat bermain di negaranya sendiri seandainya FIFA mencabut skors.
"Saya berada di Basra bulan lalu untuk menyaksikan pertandingan persahabatan melawan Arab Saudi dan sudah jelas inilah saatnya untuk mencabut pelarangan terhadap pertandingan-pertandingan kompetitif -- dan saya senang FIFA setuju," tambah Shaikh Salman.
"Saya memberi selamat kepada Asosiasi Sepak Bola Irak dan semua pemangku kepentingan mereka yang bekerja begitu keras untuk mencapai hasil positif ini untuk permainan (sepak bola) di negara mereka."
"Perkembangan sepak bola di Irak hanya dapat meraih manfaat dari kebisaan para penggemar sepak bola Irak untuk menyaksikan pertandingan-pertandingan yang dimainkan di negaranya sendiri dan untuk terlibat di permainan dalam setiap level."
Irak akan menjadi tuan rumah turnamen persahabatan yang juga diikuti Qatar dan Suriah di Basra yang dimulai pada Rabu.
Pertandingan-pertandingan Piala AFC yang melibatkan Al Zawraa dan klub Bahrain Manama Club dan laga kandang Air Force Club melawan Malkiya dari Bahrain kini dapat dimainkan pada April.
(Uu.H-RF)
Pewarta: SYSTEM
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018
