Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa masih adanya sentimen mengenai terjadinya potensi perang dagang akibat kebijakan proteksionis Presiden AS Donald Trump menahan laju dolar AS untuk terapresiasi terhadap sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah.
"Kebijakan Amerika Serikat itu dikhawatirkan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan, penguatan rupiah relatif terbatas seiring kuatnya peluang The Fed menaikkan suku bunganya pada pekan depan dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).
Di sisi lain, lanjut dia, data neraca perdagangan Indonesia yang kembali mencatatkan defisit turut mempengaruhi psikologis pelaku pasar. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia selama Februari 2018 tercatat defisit sebesar 0,12 miliar dolar AS atau sekitar Rp1,6 triliun (kurs Rp13.700).
Selain itu, ia menambahkan, pelaku pasar uang juga dibayangi sentimen dari utang luar negeri Indonesia (ULN) yang naik pada Februari 2018 ini. Namun, utang yang digunakan untuk pembiayaan produktif diharapkan dapat menjaga fundamental ekonomi Indonesia tetap kondusif.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018