Konferensi mengenai Perlucutan Senjata, yang berpusat di Jenewa, pada Kamis sore mendengarkan keterangan terbaru dari Inggris mengenai peristiwa 4 Maret di Salisbury. Dalam peristiwa tersebut, Inggris mengatakan gas syaraf tingkat-militer Novichok --yang dikembangkan oleh Rusia-- telah digunakan.
"Pada 4 Maret, senjata yang sangat mengerikan yang telah dilarang digunakan dalam perang, telah digunakan di tanah Kerajaan Inggris, dengan cara yang sembrono, oleh orang yang mengabaikan kesucian nyawa manusia," kata wakil Inggris di dalam Konferensi itu.
"Kerajaan Inggris telah menyimpulkan bahwa Negara Rusia terlibat, dan telah melakukan tindakan yang pantas, yang bukan ditujukan kepada orang Rusia tapi dalam keberatan terhadap perbuatan serampangan oleh Pemerintahnya," kata diplomat Inggris tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat pagi.
Rusia, di dalam jawabannya, mendesak Inggris agar memberikan bukti nyata dan fakta yang melandasi tuduhannya.
"Penyelidikan masih berlangsung, dan tanggung-jawab sudah ditetapkan," kata seorang wakil Rusia, yang menekankan bahwa Rusia lah yang dituduh.
Diplomat Rusia tersebut, yang membantah keberadaan program Novichok, menekankan masalah itu mesti dibahas di forum berbeda dan menyatakan permintaannya kepada Inggris untuk berbagai informasi tetap tidak dijawab.
Rusia keberadaan dengan penanganan masalah tersebut secara sangat terbuka, yang tidak kondusif bagi kerja sama internasional, dan kembali menyampaikan keinginannya dalam menemukan kebenaran, lebih dari orang lain.
Diplomati Rusia itu mengatakan Rusia siap bekerjasama secara profesional dan berkeras bahwa tuduhan terhadap negara lain harus didukung oleh fakta nyata, yang tidak diberikan oleh Inggris.
"Diplomasi terbuka ini harus dihentikan dan dilanjutkan secara profesional oleh lembaga khusus," kata wakil Rusia tersebut.
Baca juga: Mengenal Novichok, gas saraf yang racuni eks agen ganda Rusia
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018