London (ANTARA News) - Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, mengatakan potensi investasi Inggris dan juga Irlandia di Indonesia masih cukup besar khususnya di bidang keuangan dan jasa.

Hal itu disampaikan Bambang di sela-sela Forum Investasi Infrastruktur Indonesia (IIF) di London, Kamis setempat, yang diadakan Kantor BKPM London didukung KBRI London.

IIIF London, yang berlangsung 15-16 Maret 2018, merupakan rangkaian promosi investasi infrastruktur Indonesia lanjutan dari gelaran serupa yang juga sempat digelar di Dublin, Irlandia.

Irlandia, lanjut Bambang, dipilih karena banyak terjadi imigrasi lembaga sektor keuangan yang besar.

"Potensinya cukup besar dan harus digarap dalam mengantisipasi Brexit, apalagi Irlandia masih berada dalam bagian Uni Eropa," katanya.

Sementara untuk Inggris, Bambang mengutarakan target untuk memperluas basis investor yang saat ini masih terpusat dari negara-negara Asia seperti Singapura dan Jepang.

"Sementara Inggris peluangnya masih cukup besar dan masih ada yang belum tersentuh terutama di bidang infrastruktur dan jasa," kata Bambang.

Bambang mengatakan Indonesia saat ini gencar mengembangkan bidang pariwisata lewat pengenalan 10 Bali Baru, namun untuk infrastrukturnya masih belum tergarap secara optimal.

Untuk itu IIIF menjadi ajang mengajak investor Inggris dan Irlandia berinvestasi di Indonesia, antara lain dengan skema alternatif Pembiayaan Infrastruktur Non-Anggaran Pemerintah (PINA).

Baca juga: Bappenas terus dorong PINA

Baca juga: Inggris gali potensi kerja sama industri pertahanan

Bambang mengatakan investasi di bidang pariwisata, termasuk pembangunan infrastruktur penunanjangnya, bakal menjadi salah satu prioritas utama, mengingat sektor tersebut pontesial menjadi salah satu penghasil devisa negara, yang selama ini masih mengandalkan ekspor komoditas seperti kelapa sawit dan batubara.

"Perlu diversifikasi untuk menambah pemasukan devisa negara di sektor jasa terutama pariwisata. Terus terang kita belum memaksimalkan potensi pariwisata sebagai pemasukan devisa negara," ujarnya sembari menambahkan bahwa meski jumlah kunjungan wisatawan mancanegara Indonesia telah mencapai 14 juta, namun masih peringkat keempat di antara negara-negara Asia Tenggara.

"Potensinya masih sangat besar namun terhambat dengan terbatasnya infrastruktur yang menunjang industri pariwisata itu sendiri," ujarnya menambahkan.

Di hadapan IIIF London yang turut dihadiri Duta Besar RI untuk Inggris Dr. Rizal Sukma dan Utusan Perdana Menteri Inggris untuk Komunitas Ekonomi ASEAN Richard Graham MP, Bambang memaparkan iklim investasi Indonesia yang memiliki potensi besar.

"Sebagai emerging market kami terbesar nomor lima di dunia, negara dengan jumlah penduduk nomor empat terbanyak dan largest economy nomor 15 serta pertumbuhan konsumsi sekira 5 persen," katanya.

Baca juga: Britcham apresiasi rencana insentif investasi vokasi dan inovasi

Baca juga: Inggris dukung kerja sama majukan Indonesia

Bambang menegaskan Indonesia sebagai salah satu tujuan investasi menjanjikan yang masuk dalam lima besar tujuan investasi Uni Eropa di Asia Tenggara periode 2007-2017, yang menduduki urutan pertama dengan 266 proyek senilai 13.259,8 miliar dolar AS.

Realisasi investasi Inggris di Indonesia masih menduduki peringkat kedelapan di bawah China, Jepang dan Prancis.

IIIF London berlangsung 15-16 Maret 2018, diikuti sekira 150 peserta pengusaha Inggris dari berbagai kalangan yang menyediakan fasilitas one-on-one meeting.

Selain pameran proyek infrastruktur dari Bank Mandiri dan BNI, Bank Indonesia juga turut ambil bagian dalam IIIF London untuk mempromosikan Indonesia yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan IMF dan Bank Dunia di Bali, Oktober mendatang.

Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018