Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) menyatakan belum mengkhawatirkan dampak pelemahan nilai tukar rupiah terhadap besaran nilai utang luar negeri meskipun gejolak mata uang diperkirakan masih akan membayangi di sisa tahun.
Direktur Strategi dan Portfolio Utang Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kementerian Keuangan Schneider Siahaan di Jakarta, Kamis, mengatakan depresiasi rupiah hanya mempengaruhi utang valuta asing (valas) yang jatuh tempo tahun ini.
Utang Pemerintah yang jatuh tempo pada 2018 sebesar Rp390 triliun.
"Kurs di APBN kan Rp13.400 rata-ratanya, kan enggak dikenakan di seluruh utang. Berapa yang jatuh tempo saja," ujarnya.
Sementara itu total keseluruhan utang pemerintah hingga akhir Februari 2018 sebesar Rp4.034,8 triliun.
Dalam asumsi makro APBN 2018, pemerintah mematok nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp 13.400 per dolar AS. Sementara kurs rupiah terhadap dolar AS dalam beberapa hari ini berada di level Rp 13.700, bahkan nyaris menyentuh Rp13.800 per dolar AS. Volatilitas nilai tukar sejak 1 Januari hingga 1 Maret 2018, menurut data BI, mencapai 8,3 persen.
"Kurs Rp 13.700an, penyesuaian posisi pelaku pasar dan diharapkan ke depan lebih stabil," ujar dia.
Sementara itu, Direktur Departemen Statistik BI Tutuk S Cahyono mengungkapkan, Bank Sentral sudah mengingatkan debitur atau korporasi swasta untuk mengelola utang secara hati-hati.
Menurut BI, lebih dari 90 persen dari total korporasi peminjam valas, sudah mematuhi peraturan prinsip kehati-hatian, salah satu caranya dengan menerapkan lindung nilai (hedging).
"Utang ini dikelola secara hati-hati dan secara terukur," katanya.
Sebelumnya, Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Doddy Zulverdi mengemukakan, banyak perusahaan swasta yang sudah menjalankan ketentuan bank sentral untuk melakukan lindung nilai minimal 25 persen dari total utang luar negerinya.
Hingga akhir Januari 2018, total utang luar negeri tembus 357,5 miliar dolar AS. Total utang tersebut terbagi menjadi utang pemerintah dan bank sentral sekitar 183,4 miliar dolar AS dan utang swasta sebesar 174,2 miliar dolar AS.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018