London (ANTARA News) - Suara ciptaan komputer yang digunakan Stephen Hawking untuk berkomunikasi adalah trademark sang kosmolog agung yang sudah dikenal siapa pun di dunia ini. Suara robotik itu justru menegaskan dampak besar rahasia kosmologi yang dia temukan.
Teknologi di balik alat komunikasi dia itu terus diperbarui dari tahun ke tahun, yang membuat fisikawan agung ini bisa mengubah suaranya seperti suara mesin. Alih-alih Hawking menegaskan bahwa suara itu adalah suara aslinya karena suara itulah yang telah secara efektif menjadikan dirinya.
Ahli fisika teori tersohor sejagat yang meninggal dunia Rabu kemarin dalam usia 76 tahun itu sudah kehilangan kemampuan berbicara selama kurang lebih tiga dekade silam setelah trakeostomi menjadi penyebab komplikasi pada penyakit sel saraf motorik yang didiognisis menyerang dirinya pada usia 21 tahun.
Trakeostomi adalah tindakan membuka dinding depan atau anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas.
Dia kemudian mengaku kepada BBC pernah ingin bunuh diri dengan cara tidak bernafas setelah dioperasi, tapi itu urung dilakukan karena "refleks untuk bernafas terlalu kuat (untuk dilawan)". Hawking mulai berkomunikasi lagi dengan menggunakan alis matanya untuk menunjukkan huruf pada kartu ejaan.
Rekannya di Universitas Cambridge bernama Martin King kemudian menghubungi perusahaan Amerika Serikat Words Plus yang mengembangkan program yang membuat penggunanya bisa memilih kata dengan menggunakan hand clicker (semacam alat penghitung seperti digunakan pramugari saat memeriksa jumlah penumpang pesawat), tulis majalah Wired pada 2014.
Program ini dikaitkan dengan awal pensintesis wicara yang mengubah tulisan atau teks Hawking menjadi bahasa lisan.
Baca juga: Stephen Hawking meninggal dunia
Pada 1997, pembuat chip komputer, Intel Corp, kian mencanggihkan sistem komunikasi berbasis komputer untuk Hawking itu. Dan pada 2014 perusahaan itu meng-upgrade teknologi itu dengan mengubahnya menjadi lebih cepat dan lebih mudah digunakan Hawking dalam berkomunikasi.
Intel memanfaatkan algoritma ciptaan SwiftKey, sebuah perusahaan software Inggris yang diakuisisi Microsoft, yang terkenal berkat teknologi teks prediktif yang dipakai dalam smartphone.
Perekayasa software senior Joe Osborne menyatakan dia kemudian menyadari dampak teknologi bahasa alamiah dan kecerdasan buatan ciptaan SwiftKey itu bisa dipakai untuk komunikasi Hawking.
"Sulit sekali untuk tidak menepis perasaan menjadi pahlawan ketika Anda bekerja demi orang seperti itu (Hawking)," kata Osborne, Rabu lalu. "Dia orang cerdas yang jenaka, candaannnya berlimpah ruah. Tetapi mengingat latar belakangnya kami bisa membahas beberapa model matematika yang dapat dipelajari."
Dia mengatakan Hawking sudah pasti bukan pengguna biasa SwiftKey. "Anda menyadari betapa banyak komunikasi abadi manakala Anda meluangkan waktu bersama dia," sambung Osborne.
Hawking menyediakan ceramah dan teks lainnya untuk membantu algoritma itu mempelajari bahasa dia, dan algoritma ini bisa memprediksi kata yang dia ingin gunakan dengan hanya memasukkan 10-15 persen dari huruf-huruf itu.
Baca juga: Stephen Hawking, sebuah obituari
Tetapi kendati software itu terus diperbaiki, masih ada satu hal yang terus mengganjal, yakni suara itu sendiri. Hawking terpatri pada suara yang dihasilkan oleh pensintesis wicara pertamanya yang dibuat pada 1986. Dan itu malah mematrikan namanya dalam budaya pop.
Alat itu pernah beberapa kali tampil pada beberapa episode "The Simpsons" dan "Futurama", sedangkan dalam "Star Trek: The Next Generation", Hawking muncul sebagai hologram, selain menjadi sampel Pink Floyd untuk nomor mereka "Keep Talking" dalam album produksi 1994 "The Division Bell".
Hawking bilang dalam lamannya bahwa suara seperti robot itu telah menimbulkan beragam tafsiran sampai-sampai dianggap sebagai logat Skandinavia, Amerika atau Skotlandia.
"Saya terus menggunakannya karena saya tidak mendengarkan suara yang lebih baik lagi dan karena saya sudah diidentikan dengan alat ini," kata dia pada 2006 seperti ditulis Reuters.
Pewarta: System
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018