Pekanbaru (ANTARA News) - Dua helikopter bantuan pemerintah pusat mulai memadamkan kebakaran lahan dan hutan (karlahut) di wilayah Provinsi Riau pascastatus siaga darurat.
"Dua Helikopter bantuan pusat sudah tiba di Riau unit ini untuk membantu pemadaman melalui udara," kata Komandan Satgas Penanggulangan Siaga Darurat Karhutla Provinsi Riau yang juga Danrem 031/WB Kolonel Inf Sonny Afrianto di Pekanbaru, Kamis.
Menurut Sonny dua unit Helikopter tersebut diperuntukkan untuk melakukan pengeboman air (water bombing) bagi daerah kebakaran yang tidak bisa dijangkau tim Satgas darat, terutama di daerah pesisir yang akses sumber air sangat jauh.
Selain itu, katanya, ada juga bantuan peralatan lainnya dari pusat sudah didistribusikan ke daerah.
Satgas masih berharap bantuan dari sejumlah perusahaan sebagaimana selama ini peran mereka membantu pemadaman.
Terkait upaya pemadaman karlahut, kata Sonny, jajaran TNi dan Polri selalu kordinasi jika terjadi kebakaran dan ditemukan saat patroli langsung melakukan kordinasi.
"Semuanya melakukan pemantauan di lapangan dan tentunya koordinasi secara teratur menerus dilakukan, "ujarnya.
Ditanya penegakan hukum bagi pembakar lahan Sonny menegaskan pihaknya akan tegas sebagaimana yang ditemukan di Dumai langsung diserahkan kepada aparat kepolisian.
"Karena kebakaran yang terjadi itu adalah terjadi karena dibakar baik itu disengaja maupun tidak, makanya kita akan tindak tegas," pungkasnya.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau telah menetapkan status siaga darurat kebakaran lahan dan hutan mulai Senin (19/2/2018) hingga 31 Mei 2018.
Penetapan ini berdasar atas tiga kasus yang terjadi di Kabupaten Pelalawan, Bengkalis dan Indragiri Hilir dalam beberapa pekan terakhir.
"Kalau dibandingkan tahun lalu, bencana kebakaran lahan dan hutan ini lebih luasan dan dampaknya lebih besar, karena sudah terjadi di tiga kabupaten,? kata Plt Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim saat rapat koordinasi seluruh unsur musyawarah pimpinan daerah Senin (19/2/2018).
Hasyim meminta kepada daerah di masing-masing kabupaten saling berkoordinasi untuk mengatasi musibah tersebut. Selain faktor cuaca yang sedang kemarau kering dengan panas berkepanjangan, dia juga mengingatkan warga untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar dan hal lain yang bisa memicu terjadinya kebakaran.
Data yang berhasil dihimpun kebakaran lahan dan hutan terjadi kala itu di wilayah Pulau Tebing Timur, Kabupaten Kepulauan Meranti sekitar 200 hektare.
Sebagian besar lahan yang terbakar itu masih berada di lahan milik masyarakat. Api mulai mendekati perkebunan sagu milik PT Nasional Sago Prima.
Baca juga: Awal 2018, kebakaran hutan dan lahan di Riau 680 hektare
Pewarta: Fazar Muhardi
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018