Wamena (ANTARA News) - Bagi warga daerah lain, melihat massa kampanye yang membawa berbagai senjata tajam mungkin menyeramkan, tapi di Kabupaten Jayawijaya, Papua, pemandangan seperti itu sudah biasa dimana massa membawa parang, panah, tombak, dan kampak dalam kampanye terbuka.
Keberadaan senjata tajam saat kampanye tidak berpengaruh dalam kampanye di daerah ini karena itu sudah menjadi budaya. Keberadaan senjata tajam pada acara kampanye merupakan tradisi masyarakat di Jayawijaya.
"Keberadaan alat tajam saat kampanye tidak mempengaruhi karena itu budaya, dan kita sudah sampaikan kepada mereka untuk ikut menciptakan keamanan dan ketertiban," kata Kapolres Jayawijaya AKBP Yan Pieter Reba di Wamena, Rabu.
Walau massa sering membawa senjata tajam pada saat kampanye, namun lebih dari dua kali kampanye terbuka yang dilaksanakan oleh pasangan tunggal calon bupati dan wakil bupati Jayawijaya berjalan aman.
"Terkait pelaksanaan pengamanan kegiatan kampanye pilkada Jayawijaya yang dilakukan oleh pasangan John R Banua dan Marthin Yogobi, dari beberapa kampanye sampai saat ini berjalan dengan aman dan tertib, tadi juga saya memberikan arahan kepada masyarakat, semoga berjalan dengan baik," katanya.
Karena massa yang dihadirkan pada kampanye Rabu siang, menurut kapolres, kurang lebih 6.000 orang, sehingga personel keamanan yang diturunkan untuk membantu pengamanan hampir mencapai 200 orang, yang merupakan gabungan TNI dan Polri.
Berdasarkan pantauan Antara, hampir 50 persen dari jumlah massa yang hadir, membawa senjata tradisional seperti panah dan busur, tombak atau yang oleh bahasa lokal disebut `sege` serta parang dan kampak.
Pada kampanye pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya John R Banua dan Marthin Yogobi ini, mereka memperkenalkan lima program unggulan, misalnya pendidikan gratis alias bebas SPP di semua tingkatan pendidikan, jaminan layanan kesehatan.
Program lainnya adalah jaminan perlindungan hukum, keamanan dan keadilan, serta ketersediaan bahan pangan yang murah, serta keterlibatan masyarakat dalam pembangunan.
Pewarta: Marius Frisson Yewun
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018