Jerusalem (ANTARA News) - Kabinet Israel pada Minggu setuju membebaskan 250 tahanan Palestina dalam tindakan terbaru dari serangkaian usaha untuk mendukung Presiden Palestina, Mahmud Abbas, yang didukung Barat setelah kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza. "Saya kira ini adalah satu tanda yang pantas dibuat karena kita ingin menggunakan setiap usaha yang dapat memperkuat unsur-unsur moderat di pemerintah Palestina," kata Perdana Menteri (PM) Israel, Ehud Olmert, dalam sidang kabinet yang disiarkan media. Olmert berjanji akan membebaskan para tahanan dari kelompok Fatah pimpinan Abbas pada Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) 25 Juni 2007 dengan pemimpin Palestina itu sebagai bagian dari usaha Barat untuk memperkuat pemerintah baru yang ia bentuk setelah membubarkan pemerintah persatuan dengan kelompok Hamas. Seorang pejabat pemerintah mengatakan, kabinet memutuskan dengan suara mayoritas besar mendukung satu usulan untuk membebaskan 250 tahanan Palestina. Satu daftar nama terakhir mereka yang akan dibebaskan akan disampaikan bersama oleh satu komite. Apabila daftar itu disetujui , diperlukan beberapa hari sebelum para tahanan itu dibebaskan karena Israel akan mengizinkan 48 jam bagi pembebasan itu untuk ditolak dalam petisi-petisi ke Mahkamah Agung. Pembebasan para tahanan terdahulu menimbulkan penentangan dari kelompok-kelompok yang mewakili para keluarga Isarel yang dirugikan akibat serangan-serangan Palestina. Palestina menganggap para tahanan yang ditahan Israel sebagai para pahlawan dari apa yang mereka sebut perlawanan terhadap penjajahan. AS dan Uni Eropa telah mendorong Olmert untuk melakukan kontak dengan pemerintah darurat Abbas dengan harapan perundingan perdamaian yang tertunda lama itu dapat dimulai kembali. Olmert mengemukakan dalam sidang kabinet bahwa mendukung kelompok moderat Palestina dapat "mendorong mereka untuk memasuki arah yang kita kira dapat menciptakan kondisi bagi dimulainya dialog penting". Dalam satu isyarat niat baik pekan lalu, Israel mencairkan dana pajak untuk Palestina yang dibekukannya setahun lalu ketika Hamas memerintah, satu tindakan yang membantu Abbas untuk membayar gaji penuh para karyawan sipil untuk pertama kali dalam 17 bulan. Hamas, yang menolak tuntutan Barat untuk mengakui Israel, menghentikan aksi kekerasan dan menyetujui perjanjian-perjanjian perdamaian sementara, menguasai Jalur Gaza pekan lalu setelah meumpuhkan Fatah dalam pertempuran antar kedua faksi itu, demikian laporan Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007