Bogor (ANTARA News) - Komunikasi yang dilakukan antara Partai Golkar dan PDI Perjuangan di Medan bulan lalu dan akan dilakukan lagi di Palembang, dinilai Ketua MPR-RI, Hidayat Nurwahid sebagai hal wajar. Namun idealnya koalisi itu untuk memperkuat komitmen kehidupan berbangsa dan bernegara dalam frame NKRI, bukan untuk mencapai kekuasaan. "Pada prinsipnya dalam politik praktis, dua partai poltik atau lebih sah-sah saja melakukan komunikasi atau koalisi. Partai politik memang memerlukan komunikasi, salah satu bentuknya adalah koalisi. Saya kira itu hal wajar," kata Hidayat Nurwahid, pada Safari Dakwah 2007 di Bogor, Sabtu. Menurut dia, kalau komitmennya untuk NKRI, tidak perlu koalisi yang mendikotomikan antara kelompok nasionalis sekuler dan kelompok nasionalis relijius. Karena, nasionalis relijius yang berbasis agama Islam pun, sesungguhnya komitmennya juga NKRI. Mantan Presiden PKS ini berharap, jika komtimennya NKRI, dalam pertemuan di Palembang mendatang, tidak lagi dihadiri tokoh-tokoh dari Partai Golkar dan PDI Perjuangan saja, tapi sudah melibatkan partai-partai lainnya yang memiliki komitmen sama. Dengan komitmen tersebut, kata dia, partai-partai politik tidak sekedar membuat panggung politik yang kontroversial, tapi justru bisa meningkatkan kualitas berpolitik dan memperluas peran serta partai politik. Dari sisi ini, kelompok di internal PDIP dan Partai Golkar hendaknya melakukan berbagai kritisi. "Saya berharap, pertemuan di Palembang nanti bisa memberi jawaban positif dari kritik-kritik yang disampaikan. Sehingga bisa menghasilkan komunikasi politik yang lebih dewasa dan elegan serta partai politik yang lebih berkualitas," katanya. Jika hal ini yang terjadi, kata dia, maka pertemuan itu bisa menjawab apatisme publik terhadap kinerja partai politik, sehingga tidak sampai memunculkan gagasan untuk mengusung calon independen. "Mudah-mudahan dengan komunikasi yang intensif antar parpol, bisa makin mendewasakan parpol, sehingga bisa menghapus kegalauan dan sikap apatis publik," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007