Padang (ANTARA News) - Wapres Jusuf Kalla menilai banyak kebiasaan dalam kehidupan khususnya dalam keagamaan dan pendidikan di Ranah Minang (Sumbar, red) yang berubah dari zaman dahulu."Bagi orang Minang sejak awal memang hidup dalam suasana masjid dan surau, walaupun sekarang banyak berubah," kata Kalla saat meresmikan Masjid Nurul Iman Padang, Sabtu.Zaman dulu, ungkap Kalla, saat dirinya mahasiswa apabila ada acara hingga Sholat Magrib maka biasanya orang Minang yang menjadi imamnya. "Itu dulu tersosialisasi bahwa orang Minang pasti pintar ngaji dan bisa jadi imam," tambahnya.Semua itu, karena dalam kehidupan mereka ada siklus rumah-surau dan rumah-surau. Tapi sekarang banyak berubah dan pernah saya tanya kepada Profesor Muchtar Naim, kenapa terjadi begitu dan dia bilang penyebabnya sederhana,yakni faktor tivi, ujarnya.Zaman dulu anak muda Minang pergi ke surau lalu pergi makan ke rumah dan kembali lagi ke surau. Sekarang pergi makan tidak turun lagi ke surau karena nonton tivi dulu, nonton sinetron dulu, lama-lama lupa suraunya. Lebih lanjut, kata Wapres, pada tahun 60-an hingga 70-an di Jakarta kalau ada Sholat Jumat, maka dari 10 masjid biasanya delapan khatibnya adalah orang Minang. Tapi sekarang sudah lebih banyak orang Bugis dari pada orang Minang yang menjadi khotib, ujarnya.Begitu pula tayangan di tivi. Dulu kalau ada tivi maka yang berbicara itu pasti orang Minang dan satu-satunya adalah Buya Hamka. "Tidak ada orang yang mau dengar tivi kalau bukan Buya Hamka zaman dulu," ujarnya.Kenyataan sekarang, di tivi yang ada ustad daerah lain tidak seperti dulu lagi yang banyak orang Minangnya.Pada bidang pendidikan, zaman dulu orang Makassar dan Jawa pergi ke Padang Panjang, Sumbar untuk bersekolah. Sekarang orang Minang pergi ke Gontor bersekolah, tambahnya."Jadi, sudah agak terbalik sedikit. Tidak apa-apa dunia emang begitu, tidak ada yang salah bahwa orang lebih maju dari kita, itu biasa," ujarnya.Akan tetapi, kita juga harus lebih maju lagi, itu baru namanya persaingan dunia dalam pendidikan, tambah Kalla.Wapres menyebutkan, meski kondisi-kondisi ini banyak mempengaruhi, tapi bukan berarti kehidupan beragama harus berkurang. "Selalu saya katakan itu adalah tantangan kita semua," ujarnya.Salah satu langkahnya, adalah menghidupkan kembali suasana masjid karena agama banyak ditentukan oleh kehidupan masjid dan madrasah. Jadikan kembali ke masjid sebagai sesuatu yang sangat penting sebagai sentral dan simbol, katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007