"Masyarakat harus meneliti dan mencermati setiap berita atau informasi yang diterima. Karena saat ini banyak informasi yang diterima masyarakat, sumbernya tidak bisa dipertanggungjawabkan," kata Kepala Diskominfosandi Kota Bekasi Titi Masrifahati di Bekasi, Minggu.
Menurut dia, pihaknya telah membuka nomor aduan 1500444 bagi masyarakat yang butuh mengklarifikasi langsung pemberitaan hoaks kepada Diskominfosandi.
"Nomor ini bisa diakses siapa pun yang membutuhkan. Kami siapkan operator yang memiliki kemampuan untuk melacak akurasi sebuah pemberitaan," katanya.
Selain itu, pihaknya juga menggandeng komunitas Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) Bekasi yang kini memiliki jejaring di 15 daerah di Indonesia.
Masyarakat dipersilakan untuk meminta narasumber dari Mafindo Bekasi jika membutuhkan sosialisasi terkait dengan penggunaaan internet yang sehat, dan tips untuk mendeteksi berita hoaks.
Mafindo akan melakukan cek fakta dengan jurnalis dan media "online", juga melakukan kegiatan edukasi literasi ke sekolah, pesantren, masjid, gereja, dan tempat publik lainnya.
Diharapkan kolaborasi itu mampu meningkatkan kemampuan masyarakat mengenali berita bohong, dan turut menghentikan penyebaran kabar hoaks.
Titi menambahkan bahwa pihaknya juga telah me-"launching" aplikasi verifikasi informasi untuk smartphone Android, yaitu Hoax Buster Tools yang bisa di-"download" secara gratis dari Play Store dan bisa untuk mencari tahu berita itu benar atau bohong, ataupun mencari berita yang bebas dari hoaks.
Ia menyebutkan beberapa ciri informasi hoaks yang tersebar di media sosial, seperti terdapat tanda seru dan ada ajakan untuk segera diviralkan. Informasinya juga biasanya dilebih-lebihkan.
Informasi hoaks yang tersebar di media sosial biasanya menyasar tiga hal, yakni isu SARA, politik, dan kesehatan.
"Itu berdasarkan hasil dari pantauan kami. Tiga hal itu yang sering kali menjadi sasaran hoaks," katanya.
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018