....Kami mentargetkan lima tahun ke depan, Kulon Progo memiliki kota baru."

Kulon Progo (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mewacanakan pengembangan kawasan perkotaan Wates untuk mengantisipasi ketertinggalan dengan Kecamatan Temon yang menjadi lokasi pembangunan New Yogyakarta International Airport.

Kepala Bidang Tata Ruang Dinas Pertanahan dan Tata Ruang Langgeng Raharjo di Kulon Progo, Minggu, mengatakan perencanaan Kota Wates tetap menjadi Ibu Kota Kulon Progo, tapi yang menjadi persoalan dengan adanya bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) pertumbuhannya lebih cepat Kecamatan Temon yang ada bandaranya.

"Ketika Kecamatan Temon pertumbuhannya lebih cepat, bisa jadi Kota Wates ini akan ketinggalan sehingga perlu kami siapkan supaya tidak ketinggalan. Harapannya, eksistensi Kota Wates sebagai kota kabupaten tetap terjaga," kata Langgeng.

Untuk itu, kata Langgeng, pemkab menyiapkan peraturan dan infrastruktur pendukung yang bisa menunjukan eksistensi ibu kota Kabupaten Kulon Progo. Saat ini, yang nampak belum representatif adalah perkantoran-perkantoran.

Ke depan, Pemkab Kulon Progo akan menyiapkan infrastruktur yang lebih representatif, terutama membangun kawasan perkantoran.

"Kami menyiapkan secara komprehensif pengembangan kawasan perkotaan, khususnya kawasan - kawasan supaya dapat tumbuh bersama. Selain itu seimbang antara perkantoran, permukiman, dan perdagangan," katanya.

Saat ini, lanjut Langgeng, parkantoran yang ada di lingkungan Pemda Kulon Progo begitu padat. Kemudian, kawasan sekitar Jalan Sugiman juga sulit berkembang karena lahannya sempit. Hal ini ada pemikiran, nanti simbol-simbol pemerintahan ini diciptakan di perkantoran baru.

"Yang menjadi simbol pemerintahan kabupaten itu bupati, dan DPRD. Ikutan yang harus ada dengan bupati, yakni Setda, BKAD, dan Bappeda yang sebaiknya tidak jauh dengan kantor bupati," katanya.

Langgeng mengatakan arah pengembangan Kota Wates masih banyak kajian dan pertimbangan. Usulan pertama berdasarkan struktur ruang, Kota Wates ini sebelah utara sebagai perkantoran, sebelah tengah sebagai bisnis, dan selatan untuk pelayanan publik.

Usulan kedua berdasarkan sisi sejarah berdirinya Kabupaten Kulon Progo, yang merupakan gabungan antara Kabupaten Kulon Progo dan Kadipaten Adikarto, maka kabupatennya menggunakan Kulon Progo, tapi ibu kotanya di Adikarto.

Kalau wilayah Adikarto, perbatasannya ada di Wates Selatan. "Kemungkinan pilihan ibu kabupaten masih tetap ada di wilayah Adikarto berdasarkan perjanjian sejarah. Namun kalau menurut perkembangan kota, maka ibu kabupaten ada di wilayah utara," katanya.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo mengatakan pada 2018, dirinya minta Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) membuat rencana pembangunan Wates dan Temon.

"Rencana pembangunan dan pengembangan dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detai Tata Ruang Kota Wates dan Temon. Hal tersebut juga dituangkan dalam RTRW DIY yang akan segera disahkan," kata Hasto.

Ia juga meminta Bappeda membuat rencana pengembangan Kota Wates mengantisipasi dari pertumbuhan ekonomi, masuknya investasi dengan adanya bandara. Ke depan, Kota Wates menjadi kota tua, dan ada kota baru.

"Kota baru akan ada menjadi pusat pemerintahan dan pusat pertumbuhan ekonomi baru. Kami mengusulan Giripeni (Wates) dan Margosari (Pengasih)," katanya.

Hasto merencanakan area persawahan Giripeni dibangun jalan dengan lebar jalan 14 meter, sehingga di atas bukit ada pusat pemerintahan, sehingga menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru, begitu juga di Kalipetir, Margosari, Pengasih.

"Kalau publik ramah, akan kami laksanakan percepatan pembangunan. Kalau tidak ramah, kami pindah. Kami mentargetkan lima tahun ke depan, Kulon Progo memiliki kota baru," katanya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018