Banda Aceh (ANTARA News) - Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) Muzakkir Manaf mengajak semua pihak mengawal perdamaian yang telah tercipta di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) pasca penandatanganan kesepakatan damai (MoU) Helsinki 15 Agustus 2005.
"Kalau ingin Aceh maju, mari bersama-sama kita kawal perdamaian yang telah dirasakan masyarakat," katanya usai meresmikan kantor sekretariat Dewan Pimpinan Aceh (DPA) Partai GAM di Banda Aceh, Sabtu.
Partai GAM yang didirikan unsur Komite Peralihan Aceh (KPA) akan menjadi partai lokal kelima jika dideklarasikan pada Agustus 2007. Peresmian kantor itu dihadiri sekitar 150 orang termasuk sejumlah mantan petinggi GAM lainnya seperti Usman Lampoh Awe, Darwis Jeunib, Tgk Hamzah serta alim ulama.
Muzakkir menilai kedamaian yang mulai dirasakan masyarakat Aceh saat ini sudah cukup baik, walau dikhawatirkan ada tindakan pihak-pihak yang dapat merusak buah dari kesepakatan Helsinki. "Kita khawatir ada yang lempar batu sembunyi tangan," tambahnya.
Sejak ditandatanganinya MoU Helsinki, tindakan kriminal masih marak terjadi di Aceh dan bahkan ada yang menggunakan senjata api dan bahan peledak. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu proses perdamaian di Aceh.
Dia mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi kelompok pelaku kriminal disertai bukti-bukti dan telah membicarakan hal tersebut dengan pihak terkait. Namun tindakan-tindakan yang dinilai dapat merusak perdamaian itu, menurut dia, merupakan sifat tidak puas manusia.
"Memang namanya manusia tidak akan pernah puas dan saya rasa dengan kesadaran serta keikhlasan Aceh akan maju jika kita bersama-sama menjaga perdamaian itu," ujarnya.
Untuk mengatasi terancamnya kedamaian itu, menurut dia, hanya bisa dilakukan dengan kesadaran dan hati yang ikhlas sehingga apa yang dicita-citakan bersama yaitu perdamaian abadi di Aceh dapat tercapai.
"Yang diharapkan ke depan melalui partai lokal ini dapat mensejahterakan GAM dan masyarakat Aceh, bahkan Indonesia. Itulah cita-cita kita," kata Muzakkir. (*)