"Ketinggian air di taman Bengawan Solo (TBS) mengalami peningkatan, masuk siaga hijau, tetapi kondisinya aman," kata Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro MZ. Budi Mulyono, di Bojonegoro, Minggu.
Ia menyebutkan ketinggian air di TBS, sebelum itu juga sempat mencapai 13,01 meter pukul 00.00 WIB, namun kemudian berangsur-angsur surut dan kembali naik masuk siaga I-hijau, akibat pengaruh hujan di daerah hulu, Ngawi dan sekitarnya juga hujan lokal.
Ketinggian air di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer dari kota, juga masih naik, hingga mencapai 25,94 meter, tetapi masih di bawah siaga banjir.
"Tetapi ketinggian air Bengawan Madiun di hulu Ngawi dan sekitarnya, juga Bengawan Solo di Jawa Tengah, di bawah siaga banjir," ujarnya.
Terkait sejumlah sungai di hilir Jatim, lanjut dia, juga tidak terjadi banjir, seperti Kali Kening dari Tuban yang memberikan kontribusi air banjir di Bengawan Solo.
"Posisi sejumlah sungai di hilir tidak ada yang menimbulkan banjir," ucapnya.
Yang jelas, menurut dia, BPBD masih siaga banjir dengan perhitungan curah hujan selama Maret tertinggi bisa mencapai 401 milimeter. Dengan curah hujan itu berpotensi menimbulkan bencana banjir luapan Bengawan Solo, banjir bandang dan tanah longsor.
Dari data yang diterima BPBD menyebutkan di Desa Kuncen, Kecamatan Padangan, tebing Bengawan Solo longsor sepanjang 20 meter dengan lebar 5 meter, Sabtu (9/3). Akibat longsornya tebing itu rumah milik Siti koiriyah (40), rawan longsor karena hanya berjarak sekitar 50 centimeter dari tebing.
Baca juga: BPBD Bojonegoro waspadai kenaikan air di hulu Bengawan Solo
Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018