... M-113 termasuk “komoditas ekspor” bidang pertahanan Amerika Serikat yang sangat sukses dan telah dipergunakan dari banyak generasi dan palagan pertempuran...

Jakarta (ANTARA News) - Peristiwa memilukan hari ini terjadi saat serombongan anak-anak TK dan PAUD bermaksud turut dalam program outbond bersama bapak-bapak tentara di Batalion Infantri Mekanis 412/Divisi II Kostrad. Satu tank angkut personel M-113 yang sedianya menjadi wahana pendidikan luar ruang dalam “misi” itu kepada anak-anak, tergelincir, dan tenggelam di dasar Sungai Bogowonto, Purworejo, Jawa Tengah.

Dua orang diketahui meninggal, yaitu Prajurit Satu Rendi (personel Batalion Infantri Mekanis 412), dan Kepala PAUD Ananda, Iswandari. Namun keduanya meninggal bukan di tempat kejadian, melainkan setelah mereka berusaha sekuat tenaga menyelamatkan anak-anak dan dirinya dari arus Sungai Bogowonto.

Berikut ini, adalah sekelumit tinjauan tentang tank angkut personel M-113, yang dihimpun dari berbagai sumber dan pengalaman empirik.

M-113 merupakan salah satu mesin perang legendaris yang tetap dipakai hingga masa kini, sejak awal pengembangannya pada 1956, oleh pabrikan perdananya, Food Machinery Corp (Amerika Serikat). Konsep perang bagi Korps Infantri saat itu sudah berkembang, bukan cuma mengandalkan kekuatan kaki-kaki tentaranya, melainkan juga didukung secara signifikan oleh kehadiran kendaraan lapis baja yang mumpuni namun masih bisa bergerak lincah dengan dukungan minimum.

Kendaraan lapis baja yang dikehendaki bagi batalion infantri mekanis (bukan “sekedar” batalion infantri) adalah tidak seberat tank utama (main battle tank), di atas panser, bisa membawa sejumlah personel bersenjata lengkap dan juga membawa logistik persenjataan-perbekalan tim dan pribadi, dapat melindungi mereka hingga sedekat mungkin ke garis depan, sekaligus mampu menjadi kendaraan angkut korban pertempuran dan kendaraan komando.

Dari pengertian itulah lalu lahir “kelas” baru kendaraan lapis baja bagi Angkatan Darat Amerika Serikat, yaitu Armoured Cavalry Assault Vehicle (ACAV, yang kemudian berkembang menjadi Armoured Personnel Carrier/APC), yang diimbuhi persyaratan tambahan: dapat dipindah-pindahkan memakai moda transportasi militer lain secara mudah dan kompak. Tentang persenjataan yang ditanam di dalam tubuh ACAV ini, tidak “seberat” tank dan panser, namun masih mampu menggebrak lawan dengan besaran kekuatan seimbang.

Nach, menjawab —yang di atas hanya sebagian— dari semua persyaratan teknis inilah maka FMC memutuskan mengenakan lapisan alumunium alloy tipe 5083 yang juga dipergunakan pada pesawat terbang, sebagai “kulit” utama M-113. Tidak setangguh baja apalagi jika menyinggung lapisan peredam ledakan Cobham, namun “kulit” alumunium itu masih mumpuni menangkal hujaman peluru senapan serbu otomatik 7,62 milimeter.

Baca juga: https://www.antaranews.com/berita/691932/penyelidikan-tank-kostrad-tenggelam-segera-digelar

Secara pergerakan alias mobilitas, M-113 digerakkan mesin diesel Detroit 6V53 V6 dua langkah, berkapasitas 5.210 cc dengan transmisi otomatik Allison TX-100 1 tiga percepatan. Versi awal M-113 malah bisa berenang di air, berkat rancangan daya ambang khusus tanpa instrumen tambahan, dan bilah-bilah propeler.

Secara jujur, M-113 termasuk “komoditas ekspor” bidang pertahanan Amerika Serikat yang sangat sukses dan telah dipergunakan dari banyak generasi dan palagan pertempuran, di hutan hujan tropis hingga padang pasir yang panas, di pojok belahan utara dan selatan Bumi yang dingin, dan sebagainya. Puluhan negara masih mengoperasikan M-113 yang telah menurunkan belasan varian turunan, serta masih ada belasan lagi yang menjadi bekas operatornya.

Indonesia, dalam hal ini TNI AD, mendapat 100 unit M-113 bekas pakai Angkatan Bersenjata Belgia (negara ini mendapat lisensi pembuatan dan pemasaran M-113 dari Amerika Serikat). Telah berkali-kali M-113 TNI AD dipamerkan kepada publik, termasuk pada 5 Oktober selama beberapa tahun ke belakang ini.

Ditinjau dari variannya, TNI AD mendapat varian M-113A1-B-FUS dan M-113A1-B-Gn, dan proses akuisisi dari Belgia dimulai pada November 2014 lalu. Di TNI AD, M-113 juga ditempatkan di jajaran Kostrad, di antaranya Batalion Infantri Mekanis 412/Divisi II Kostrad.

Secara spesifikasi, M-113 memiliki bobot kosong 12,3 ton, ukuran panjang 4,863 meter, lebar 2,686 meter, tinggi 2,5 meter, dikemudikan oleh dua personel dan mampu mengangkut 11 personel bersenjata lengkap. Persenjataan utama yang dipasang adalah senapan mesin sedang M2 Browning, dan bisa mengembangkan kecepatan di darat hingga 67,6 kilometer per jam, atau 5,8 kilometer per jam di air.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018