Jakarta (ANTARA News) - Psikolog pendidikan Najeela Shihab menduga ibu yang akan menjual ginjal untuk membelikan ponsel untuk anak mengalami tekanan emosional.
"Kalau dalam kasus jual ginjal ini, saya melihatnya memang ekstrem, kemungkinan besar ada tekanan emosional dan sosial lain pada ibu atau kurang dukungan lingkungan," ujar Najeela di Jakarta, Jumat.
Seorang ibu berusia 41 tahun di Surabaya menawarkan ginjalnya akibat didesak sang anak untuk membelikan ponsel.
Meski demikian, dia melihat perlu penelusuran lebih lanjut mengenai kondisi pribadi, anak, keluarga, dan lingkungan keluarga tersebut.
"Jadi penanganan kasus itu, tidak bisa reaktif per orang, tetapi fokus pada langkah pencegahan terutama yang berisiko dengan pendidikan keluarga di tingkat kota dan desa, kurikulum sekolah formal atau nonformal yang baik buat anak."
Najeela menjelaskan salah satu aspek terpenting dari cara pengasuhan adalah pola disiplin di mana di setiap keluarga perlu ada kesepakatan bersama, termasuk konsekuensi apabila menghilangkan barang.
"Selain itu di keluarga perlu hubungan komunikasi yang efektif, seperti misalnya masing-masing perlu tahu berapa anggaran dan uang jajan yang bisa dibelanjakan," katanya.
Najeela menduga kedua hal tersebut tidak dimiliki dalam keluarga ibu dan anak tersebut.
"Khusus mengenai ponsel dan dunia digital pada umumnya, memang membuat pengasuhan jadi menantang buat orang tua karena tuntutan dari lingkungan pada anak untuk punya sangat tinggi, tetapi orang tua harus melihat ini sebagai kesempatan anak dan orang tua belajar. Misalnya menetapkan bersama kapan anak boleh pakai ponsel, bagaimana cara menjaga dan menggunakannya," katanya.
Jika tidak, katanya, maka gawai dan dunia digital bukan membawa manfaat yang mencerdaskan, malah berisiko merugikan buat anak dan hubungan keluarga, kata Najeela yang juga pegiat pendidikan tersebut.
Pewarta: Indriani
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018