Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Arlinda mengatakan bahwa dalam upaya mendorong diversifikasi produk tersebut, pihaknya menggelar seminar Klinik Produk Ekspor "Peningkatan Daya Saing Produk Furnitur di Pasar Jepang" di Surakarta, Jawa Tengah.
"Melalui seminar ini, diharapkan para pelaku usaha Indonesia akan semakin melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas produk-produknya," kata Arlinda, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Arlinda menambahkan, para pelaku usaha juga diharapkan dapat menindaklanjuti hasil komunikasi yang telah dilakukan selama "business matching" sehingga mampu memperluas jaringan pemasaran, baik di dalam negeri maupun mancanegara khususnya ke pasar Jepang.
Seminar Klinik Produk Ekspor merupakan kerja sama Kemendag dengan Japan External Trade Organization (JETRO). Seminar tersebut dilakukan untuk memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pelaku usaha Indonesia dalam meningkatkan kualitas produk yang sesuai dengan selera pasar.
Dalam seminar tersebut juga akan diberikan panduan menentukan strategi pemasaran yang efektif dan prosedur ekspor ke Jepang. Jepang merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama bagi produk-produk Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang selama lima tahun terakhir periode 2012-2016 tercatat sebesar 17,23 miliar dolar AS pada 2012. Namun pada tahun 2016 mengalami penurunan menjadi 13,21 miliar dolar AS dengan tren penurunan sebesar 7,11 persen.
Sedangkan pada 2017 nilai ekspor Indonesia mencapai 14,69 miliar dolar AS atau meningkat 11,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Sementara itu, nilai ekspor furnitur Indonesia mengalami tren negatif 10,77 persen selama periode lima tahun terakhir. Pada 2017 mencapai 167,59 juta dolar AS. Nilai ini mengalami penurunan menjadi 180,16 juta dolar AS atau turun sebesar 6,98 persen dibanding tahun sebelumnya.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018