Menurut hasil analisis data tersebut, kenaikan harga batubara salah satunya didorong peningkatan permintaan dari negara Asia.
Harga Batubara Acuan (HBA) dan mayoritas Harga Mineral Acuan (HMA) menunjukkan kenaikan pada bulan Maret 2018. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 1320 K/32/MEM/2018 yang ditetapkan awal Maret 2018 tentang Besaran HMA dan HBA mencatatkan tren positif pada batubara dan hampir semua mineral logam.
"Permintaan China, India dan Vietnam terus meningkat. Itu jadi salah penyebabnya. Peningkatan aktivitas pembangkit listrik bertenaga batubara seperti di China menjadi salah satu penyebab meningkatnya konsumsi," ujar Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerjasama ESDM, Agung Pribadi.
Ia mengungkapkan, naiknya HBA juga karena faktor curah hujan yang masih tinggi. "Produksi (batubara) juga tidak maksimal akibat cuaca yang belum kondusif, curah hujan yang masih tinggi di berbagai wilayah. Sedikit gangguan saja akan mempengaruhi produksi," lanjut Agung.
HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platss 5900 pada sebelumnya. Kualitasnya disetarakan pada kalori 6322 kcal per kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen dan Ash 15 persen.
Sementara itu, HMA komoditas nikel untuk Maret 2018 ditetapkan senilai USD 13.444,52 per dry metric ton (dmt) atau naik 8,2 persen dari Februari 2018 ( 12.425,75 dolar AS per dmt). Harga kobalt ditetapkan senilai 80.797,62 dolar per dmt atau naik 6,2 persen (76.075 dolar per dmt), sedangkan timbal mencatatkan kenaikan 2 persen dari 2.552,03 dolar per dmt menjadi 2.602,88 dolar per dmt.
Kenaikan cukup tinggi juga terjadi pada komoditas seng, naik sebesar 4,3 persen dari dolar 3.363,7 per dmt menjadi 3.524,83 dolar per dmt dan mangan, kenaikannya sebesar 11, 3 persen dari 5,3 dolar per dmt menjadi 5,9 dolar per dmt. Meski hanya naik 0,2 persen, HMA aluminium naik dari 2.194,93 dolar per dmt menjadi 2.199,57 dolar per dmt.
Namun, komoditas tembaga mengalami penurunan dibanding bulan Februari, turun sebesar 1,3 persen dari 7.095,83 dolar AS per dmt menjadi 7.004,4 dolar per dmt.
Berikut harga acuan mineral komoditas lainnya pada bulan Maret 2018 dibandingkan dengan HMA bulan sebelumnya:
Emas sebagai mineral ikutan 1.309,96 dolar/ounce naik menjadi 1.337,54 dolar/ounce
Perak sebagai mineral ikutan USD 16,92/ounce, tetap dibanding Februari.
Ingot timah Pb 300 sesuai harga ingot timah yang dipublikasikan ICDX pada hari penjualan
Ingot timah Pb 200 sesuai harga ingot timah yang dipublikasikan ICDX pada hari penjualan
Ingot timah Pb 100 sesuai harga ingot timah yang dipublikasikan ICDX pada hari penjualan
Ingot timah Pb 050 sesuai harga ingot timah yang dipublikasikan ICDX pada hari penjualan
Ingot timah 4NINE sesuai harga ingot timah yang dipublikasikan ICDX pada hari penjualan
Logam emas sesuai harga logam emas di London Bullion Market Association (LBMA) pada hari penjualan
Logam perak mengikuti harga logam perak di London Bullion Market Association (LBMA) pada hari penjualan
Bijih besi laterit/hematit/magnetit 0,93 dolar/dmt turun menjadi 0,92 dolar per dmt.
Bijih krom 3,46 dolar/dmt naik menjadi 4,14 dolar per dmt.
Konsentrat Ilmenit USD 3,82/dmt naik menjadi 3,96 dolar per dmt
Konsentrat Titanium 10,59 dolar/dmt naik menjadi 10,81 dolar per dmt
HMA adalah salah satu variabel dalam menentukan Harga Patokan Mineral (HPM) logam berdasarkan formula yang diatur dalam Kepmen ESDM Nomor 2946 K/30/MEM/2017 tentang Formula Untuk Penetapan Harga Patokan Mineral Logam.
HMA ini menjadi salah satu variabel untuk menentukan HPM. Variabel penentuan HPM logam lainnya adalah nilai/kadar mineral logam, konstanta, corrective factor, treatment cost, refining charges, dan payable metal.
Besaran HMA ditetapkan oleh Menteri ESDM setiap bulan dan mengacu pada publikasi harga mineral logam pada index dunia, antara lain oleh London Metal Exchange, London Bullion Market Association, Asian Metal dan Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX).
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018