Dari sisi neraca jasa, kita juga punya ekspor jasa. Di situlah salah satu prioritas pemerintah yang memang tengah terus digencarkan yaitu `tourism`, untuk bisa memperkuat rupiah secara permanenJakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro menilai penguatan dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang di dunia, termasuk Indonesia, perlu diwaspadai.
Menurut Bambang, pernyataan Gubernur Bank Sentral AS The Fed Jerome Powell yang menyebutkan AS perlu lebih agresif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengirim sinyal ke pasar di seluruh dunia sehingga dolar mengalami penguatan.
Ia menekankan, pemerintah perlu mengantisipasi potensi keluarnya arus modal (capital outflow) dari negara berkembang kembali ke AS.
"Yang challenging itu outflow. Saat ini indeks terkoreksi cukup lumayan, trading surat utang negara kita juga yield-nya naik. Tentu ini perlu kita waspadai," ujar Bambang saat serah terima pelaksana Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (PP ISEI) di Kantor Bappenas, Jakarta, Kamis.
Bambang menuturkan, meski nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah, ketahanan rupiah harus tetap diperkuat. Ia menyebut, Bank Indonesia tentunya pasti sudah mengantisipasi hal ini dengan melakukan intervensi.
Namun, lanjut Bambang, penguatan ketahanan rupiah perlu diperkuat tidak hanya secara operasional namun juga fundamental yakni dengan meningkatkan ekspor tidak hanya dari sisi barang, tapi juga dari sisi jasa yaitu sektor pariwisata.
"Dari sisi neraca jasa, kita juga punya ekspor jasa. Di situlah salah satu prioritas pemerintah yang memang tengah terus digencarkan yaitu `tourism`, untuk bisa memperkuat rupiah secara permanen," kata Bambang.
Bambang menambahkan, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya sektor pariwisata, terutama di daerah, kini menjadi sangat penting. Sektor pariwisata dinilai dapat memberikan efek berganda atau multiplier effect yang besar, sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah daerah.
"Tingkatkan awareness pariwisata itu penting dan multiplier effect-nya besar. Tapi harus ada investasi oleh daerah itu sendiri, baik dari APBD maupun swasta," ujar Bambang.
Ia menilai, Indonesia saat ini masih tergantung pada Bali untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Investasi dan pengembangan untuk menciptakan Bali-Bali baru perlu terus diintensifkan.
"Investasi itu bukan hanya datangin pabrik, pariwisata itu juga penting. Mengapa lompatan jumlah turis kita tidak sespektakuler Jepang, karena ketergantungan kita terhadap Bali. Pemerintah sudah bikin 10 Bali baru, tapi itu kan rencana yang butuh wakt untuk dikapitalisasi," kata Bambang.
Baca juga: DPR minta BI gerak cepat untuk stabilisasi kurs rupiah
Baca juga: BI: rupiah berada di bawah nilai fundamentalnya
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018