Banda Aceh (ANTARA News) - Seorang ulama di Banda Aceh mengingatkan, sikap menghargai orang lain, santun dalam bertutur sapa, pemurah dan gemar menolong yang dilakukan seorang muslim hendaknya tidak dikaitkan dengan kepentingan politik. "Kita berbuat baik bukan ingin mengharapkan balasan, apalagi dikaitkan dengan kepentingan politik untuk perolehan suara dalam pilkada atau pemilu mendatang," kata Tengku Samsul Bahri saat menyampaikan khotbah Jumat di Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh. Sejak usia dini, umat Islam sudah diperkenalkan dengan rukun iman, hanya saja sering dicukupkan pada usia anak-anak, sehingga banyak sarjana tidak lagi memahami rukun iman, termasuk di kalangan guru besar. "Tidak adanya upaya yang secara sungguh-sungguh untuk pencerahan keimanan di kalangan akademisi dan pekerja profesional membuat mereka sering lupa diri," katanya. Umat Islam harus menyadari, tidak ada NGO/LSM yang memfasilitasi, tidak ada ahli yang bersedia membagi ilmu, sehingga tidak heran banyak di antara umat Islam yang berpengetahuan keimanannya sangat rendah dibandingkan pengetahuan lain. Contoh lain disebutkan, di kota-kota besar terjadi fenomena dokter sebagai penjual obat sebagai akibat keterbatas wawasan tentang iman, yakni mereka memandang orang sakit sebagai objek eksploitasi dan sumber rezeki dan obat yang diberikan sesuai dengan pesanan agen. "Lihatlah apa yang terjadi akhir-akhir ini, banyak orang dermawan dengan target ingin memperoleh imbalan dalam pemilu atau pilkada," katanya. Dalam taushiyahnya disebutkan, iman, Islam dan ihsan disebutkan dalam Alquran secara beringan dalam satu kali penyebutan, ibarat sebatang pohon, iman adalah akarnya, Islam merupakan batang/cabang, sedangkan ihsan sebagai buah atau hasilnya. "Ibadah seseorang akan bermakna jika hatinya sudah diisi dengan keimanan yang kokoh. Kepatuhan seseorang terhadap peraturan hanya kamuflase bukan didasar atas keimanan," demikian ulama Tengku Samsul Bahri.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007