Jakarta (ANTARA News) - Pada 26 Februari 2018 Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Brigjenpol Fadil Imran menyatakan bahwa polisi telah menangkap enam administrator grup siber yang menyebarkan isu provokatif dan ujaran kebencian di media sosial dalam kelompok yang kemudian luas dikenal dengan Muslim Cyber Army.

"Mereka rutin memposting penghinaan dan pencemaran nama baik terhadap Presiden Jokowi, Kapolri Jenderal Tito Karnavian, pejabat pemerintah dan anggota DPR," kata Fadil.

Dalam perkembangannya, Muslim Cyber Army ternyata tidak melulu soal hoax atau kasus hukum biasa, tetapi sudah merambah ke dimensi lain yang lebih luas, termasuk politik dan kekuasaan, sampai-sampai para pejabat negara, termasuk Presiden Joko Widodo dan Ketua DPR Bambang Soesatyo, turut mengomentari kasus ini.

Berikut beberapa soundbite atau kutipan paling menarik berkaitan dengan isu ini yang disampaikan oleh para tokoh sejak kasus ini terungkap 26 Februari lalu.

PRESIDEN JOKOWI di Sirkuit Sentul, 6 Maret 2018:
"Kalau pelanggaran hukum, saya perintahkan, entah itu Saracen, entah itu MCA, kejar, selesaikan, tuntas. Jangan setengah-setengah!"

Ketua Satgas Nusantara IRJEN POL GATOT EDDY PRAMONO di Jakarta 5 Maret 2018;
"Dengan menyebarkan isu hoax mereka berharap dapat mendegradasi pemerintahan yang sah, menimbulkan keresahan di masyarakat, memecah belah bangsa yang akhirnya menimbulkan konflik sosial yang besar."

Mantan Ketua Mahkamah Konstitisi MAHFUD MD di Yogyakarta 5 Maret 2018:
"Kalau tidak ditangkap justru merusak (demokrasi)."

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan WIRANTO di Jakarta 2 Maret 2018:
"Itu kejahatan. Itu namanya pengkhianat. Saya minta aparat kepolisian kejar, tangkap, dan hukum sekeras-kerasnya. Kelompok itu jelas akan mengganggu bangsa."

Ketua Bidang Pimpinan Pusat Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) AHMAD NAWAWI di Jakarta, 2 Maret 2018:
"Mereka telah membungkus kejahatannya dengan agama agar orang-orang dapat terperdaya...Ini yang disebut pseudoreligius, seolah-olah agama, padahal bertentangan dengan agama. Publik yang miskin `ilmu alat` dalam beragama sulit membedakan"

Ketua DPR BAMBANG SOESATYO, 1 Maret 2012 di Jakarta:
"Identifikasi kemungkinan adanya kelompok penyebar hoaks lain yang beraksi di media sosial!"

Wadir Reskrimsus Polda Jawa Timur AKBP ARMAN ASMARA di Surabaya, 2 Maret, tentang modus penyebaran hoax oleh MCA:
"Modus yang dipakai semuanya adalah PKI akan menyerang ulama. Semuanya adalah hoaks. Facebook disalin link-nya lalu disebar di komunitasnya di whatsapp. Komunitas itu sudah lama."

Direktur Tindak Pidana Siber Bareskrim POLRI BRIGJEN POL FADIL IMRAN, 28 Februari 2018 di Jakarta:
- Tentang kelompok inti MCA, Cyber Moeslim Defeat Hoax, yang sangat tertutup berjumlah 145 anggota dan berkomunikasi melalui aplikasi Zello. "Tugas anggota Cyber Moeslim Defeat Hoax ini membuat setting opini dengan membagi berita ke sosmed secara masif, serentak dan bergelombang".
- Tentang kelompok di atas Cyber Moeslim Defeat Hoax, yakni yang bernama The Family Team Cyber yang lebih tertutup lagi dan beranggotakan sembilan orang: "Wadah grup ini berisi orang-orang yang berpengaruh di dalam grup-grup lainnya untuk mengatur, merencanakan sebuah berita agar dapat diviralkan secara terstruktur"

Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018