Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan Pemerintah Afghanistan meminta Indonesia dapat ikut serta dalam pembangunan sumber daya manusia di negara tersebut, termasuk mencetak para ahli pertambangan.
"Jadi memang ada permintaan khusus dari Afghanistan ke Indonesia, antara lain di bidang `mining` dan kita sepakat memberikan beasiswa di bidang `mining` untuk Afghanistan," kata Retno usai mengunjungi pengurus Majelis Ulama Indonesia di Gedung MUI Pusat Jakarta, Selasa.
Selain itu, kata dia, Afghanistan meminta Indonesia turut serta dalam pembangunan kapasitas di bidang ekspor impor di Negeri Para Mullah itu.
"Ini ada dalam konteks memperkuat kemampuan ekonomi Afghanistan karena negara itu merupakan salah satu `landlocked`," kata dia merujuk banyak kawasan Afghanistan yang belum tergarap.
Afghanistan, kata dia, juga meminta Indonesia menjadi mediator perdamaian di negara itu. Dalam waktu dekat akan diadakan forum diskusi ulama tiga negara yaitu dari Indonesia, Afghanistan dan Pakistan. Diskusi secara berkala itu untuk membantu proses perdamaian dari pendekatan agama, terutama dari ulama.
Retno mengatakan Afghanistan juga meminta Indonesia untuk membantu pemberdayaan ekonomi di negara yang dilanda konflik berkepanjangan itu. Pemberdayaan ekonomi itu dengan meningkatkan daya saing produk-produk Afghanistan yang diproduksi oleh sektor swasta Afghanistan.
Dia mengatakan Afghanistan mempercayai Indonesia untuk turut membantu pembangunan di negara itu lantaran Indonesia yang cenderung netral.
"Indonesia diminta karena dinilai sebagai negara yang netral, negara yang tidak memiliki kepentingan langsung baik politik maupun ekonomi. Ind juga negara Muslim paling besar. Tidak kalah penting kita punya rekam jejak yang bagus dalam perdamaian. Semua elemen itu yg akhirnya menjadikan Afghanistan meminta Indonesia untuk berkontribusi," kata dia.
Kontribusi Indonesia, kata dia, agar ada di bidang pembangunan perdamaian maupun proses perdamaian itu sendiri.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018