Seoul (ANTARA News) - Seorang gubernur di Korea Selatan mengumumkan pengunduran dirinya, Selasa, beberapa jam setelah seorang asistennya menuduhnya melakukan pemaksaan seksual berulang, di tengah gelombang gerakan #MeToo mengguncang penegakan politik negara tersebut.

An Hee-jung, kader separtai Presiden Moon Jae-in di Partai Demokratik Korea dan sempat menjadi salah satu kandidat presiden di tingkat partai tersebut, dituduh seorang perempuan atas pemaksaan seksual dalam sebuah wawancara televisi pada Selasa malam. Pihak kepolisian menyatakan akan menyelidiki tuduhan tersebut.

Kantor An pada awalnya menyatakan hubungan badan itu bersifat kesepakatan. Namun, hanya beberapa jam setelah wawancara tersebut disiarkan, An menulis di laman Facebook-nya bahwa pernyataan stafnya keliru dan mengumumkan bahwa dia berencana mundur dan pensiun dari dunia politik.

"Penjelasan staf kantor saya tentang hubungan itu dilakukan dengan kesepakatan adalah tidak benar," katanya sembari menambahkan "semua salah saya."

Departemen kepolisian Provinsi Chungnam mengatakan melakukan penyelidikan menyusul tuduhan tersebut.

Baca juga: Presiden Korsel dukung kampanye #MeToo

Baca juga: PBB luncurkan "hotline" untuk catat dugaan pelecehan-eksploitasi seksual

Diskusi tentang pemaksaan seksual telah lama menjadi hal yang tabu di Korsel, namun dalam beberapa bulan terakhir, gerakan anti-pelecehan seksual #MeToo telah dimulai, menjerat sejumlah tokoh terkenal di berbagai bidang, dari industri hiburan, komunitas keagamaan hingga dunia sastra.

Saat berbicara kepada penyiar JTBC, asisten An, Kim Ji-eun, mengatakan bahwa An melakukan pemaksaan seksual dan berulang kali menyerangnya.

"Selama delapan bulan terakhir saya telah diserang secara seksual sebanyak empat kali," katanya kepada siaran JTBC.

"Baru-baru ini, saya berbicara tentang semakin berkembangnya gerakan #MeToo dan tampaknya dia terlihat gugup dan bertanya kepada saya apakah saya baik-baik saja, lalu dia mengatakan bahwa dia menyesal," kata Kim, dengan menambahkan bahwa An kemudian menyerangnya lagi.

Partai Demokratik Korea yang berkuasa dengan cepat bergerak untuk mendepak An dari partai tersebut, dengan kepala partai Choo Mi-ae yang mengatakan bahwa tindakan yang dituduhkan tersebut "seharusnya tidak pernah terjadi."

An, pria berusia 52 tahun yang tampak muda, menjadi penantang tak terduga bagi Moon selama pemilihan presiden tahun lalu.

Dia dipandang oleh banyak orang sebagai politisi yang rendah diri dan sederhana, karakternya membuatnya terlihat baik pada negara yang diguncang oleh pemakzulan Presiden Park Geun-hye pada 2016 itu.

Pendukungnya menjulukinya "EXO dari Chungcheong Selatan", merujuk pada grup K-pop terkenal, dan kiriman Instagram-nya termasuk foto parodi opera sabun dan pesan video Tahun Baru, yang memperlihatkan kucingnya.

Pewarta: Devi Nindy
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018