Jakarta (ANTARA News) - PT Kimia Farma (Persero) Tbk melalui anak usahanya Kimia Farma Dawaa, akan membangun pabrik farmasi dan produk kesehatan di Arab Saudi dengan nilai investasi sekitar Rp1 triliun dalam rangka ekspansi bisnis perusahaan ke kawasan Timur Tengah dan Afrika.
"Kajian bisnis pengembangan pabrik di Arab Saudi dalam proses penyelesaian. Mulai dibangun pada tahun 2020 dan ditargetkan beroperasi pada tahun 2022," kata Deputi GM Kimia Farma Dawaa, Ida Rasita, di Jakarta, Senin.
Menurut Rasita, pembangunan pabrik farmasi yang direncanakan di Kota Jeddah, Arab Saudi itu merupakan rencana strategis Kimia Farma untuk melebarkan bisnis di luar negeri.
Ia menjelaskan, Kimia Farma dan Marei Bin Mahfouz (MBM) Group yang berbasis di Arab Saudi, baru saja membentuk perusahaan patungan, Kimia Farma Dawaa.
Pada perusahaan itu Kimia Farma menjadi pemegang saham mayoritas, setelah mengakuisisi sebesar 60 persen saham Dawaa Medical Limited Company (Dawaa) anak usaha MBM.
Penyertaan modal Kimia Farma di Dawaa mencapai 38 juta real Arab Saudi atau setara sekitar Rp133 miliar, yang digunakan untuk pengembangan bisnis perusahaan.
Aksi korporasi ini sekaligus menandai mulai beroperasinya Kimia Farma Dawaa yang secara efektif pada Maret 2018.
Rasita menjelaskan, Kimia Farma Dawaa tahap awal akan fokus ke distribusi dan ritel apotik termasuk membuka gerai di dekat Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah, serta mendukung layanan kesehatan bagi jamaah haji dan umrah.
Namun dalam jangka panjang terbuka kesempatan bagi Kimia Farma Dawaa untuk membangun pabrik farmasi di Arab Saudi.
"Kemungkinan pabrik dibangun di Jeddah, selain untuk memasok produk farmasi ke negara-negara Timur Tengah, juga ditargetkan untuk ekspor ke negara-negara Afrika," ujarnya.
Ia menjelaskan, industri farmasi di sektor hulu di Arab Saudi agak terlambat berkembang, sehingga negara itu membuka dan mempermudah izin penanaman modal untuk investasi.
"Alasan Arab Saudi membuka peluang investasi Kimia Farma di negara itu adalah jaminan halal, seiring dengan Indonesia yang merupakan salah satu negara dengan penduduk Muslim terbesar di dunia," ujar Rasita.
Dengan begitu, sertifikasi halal dari negara-negara importir bisa lebih mudah dikeluarkan seperti bagi negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI).
"Negara-negara Teluk, OKI belanja untuk perawatan tubuh dan komestik termasuk jaminan kesehatan sudah sangat bagus. Pasar yang besar ini menjadi target ekspansi Kimia Farma," tegasnya.
Saat ini disebutkan, hanya tujuh perusahaan manufaktur farmasi yang berdiri di Arab Saudi.
Dengan membangun pabrik farmasi di Arab Saudi, Kimia Farma Dawaa juga bisa memperluas pasar produksi ke negara-negara di kawasan Timur Tengah, termasuk ekspor ke negara-negara Afrika.
Baca juga: Kimia Farma ekspansi bisnis ke Arab Saudi
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018