Pekanbaru (ANTARA News) - Sekitar tiga juta hektare dari total lima juta hektare lahan gambut Provinsi Riau dalam keadaan rusak menurut Deputi Bidang Penelitian dan Pengembangan Badan Restorasi Gambut Haris Gunawan kepada Antara di Pekanbaru, Senin.

Ia menjelaskan 900.000 hektare dari tiga juta hektare lahan gambut yang masuk kategori rusak dan membutuhkan perbaikan tata kelola air itu menjadi prioritas dalam upaya restorasi BRG.

Selama 2017, ia mengatakan, BRG sudah menyehatkan kembali 30.000 hektare lahan gambut yang rusak dan tahun ini akan menambahnya menjadi 140.000 hektare lahan gambut yang meliputi enam kesatuan hidrologis gambut (KHG) dengan alokasi anggaran Rp49 miliar. KHG yang menjadi prioritas BRG berada di Meranti, Rokan Hilir, Indragiri Hilir, Kampar dan Bengkalis.

BRG menerapkan Skema 3R untuk memulihkan kondisi lahan gambut. Skema itu mencakup rewetting atau pembasahan kembali gambut, revegetation atau penumbuhan kembali vegetasi dan revitalisasi kehidupan masyarakat sekitarnya.

Pembasahan kembali gambut dilakukan melalui pembangunan infrastruktur pembasahan gambut seperti sekat kanal, penimbunan kanal, dan sumur bor. Sedangkan revegetasi gambut dilaksanakan melalui intervensi aktif seperti pembuatan persemaian, pembibitan dan penanaman; maupun intervensi non-aktif seperti promosi regenerasi alami dan promosi agen penyebar benih.

Sementara itu, kegiatan revitalisasi sumber mata pencaharian warga dilaksanakan dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan alternatif dan berkelanjutan yang ramah lahan gambut, baik yang berbasis lahan, berbasis air, mau pun jasa lingkungan.

Selama dua bulan pertama tahun ini, kebakaran lahan di Riau mencapai lebih dari 750 hektare di 11 kabupaten dan kota. Wilayah Meranti merupakan daerah yang mengalami kebakaran terparah dengan luas area terbakar 230 hektare.

Baca juga:
Lahan gambut di Siak kembali terbakar

BRG evaluasi restorasi gambut di Riau
 

Pewarta: Bayu Agustari Adha, Anggi Romadhoni
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018