"Coco" unggul dari “The Boss Baby”, “The Breadwinner”, “Ferdinand” dan “Loving Vincent”.
"Terima kasih terbesar untuk orang-orang Meksiko, Coco tidak akan ada tanpa keindahan budaya dan tradisi kalian yang tak ada habisnya," kata sutradara Lee Unkrich di atas panggung.
Baca juga: Coco antara mimpi dan arti keluarga
"Lewat Coco, kami mencoba selangkah lebih maju menuju dunia di mana semua anak bisa tumbuh melihat karakter dalam film yang terlihat dan bicara seperti mereka. Orang-orang termarjinalkan berhak punya rasa memiliki. Representasi itu penting."
"Coco" bercerita tentang Miguel, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun yang bermimpi untuk mengikuti jejak idolanya, Ernesto de la Cruz, sang musisi legendaris asal Meksiko, namun mendapat tentangan dari keluarga.
Merasa putus asa untuk meraih mimpinya, Miguel dan anjingnya, Dante, menemukan diri terjebak di dunia orang mati atau "Land of the Dead" atau dikenal sebagai "Dia de Muertos".
Baca juga: Penjualan gitar tradisional Meksiko melonjak berkat film Coco
Keduanya sama-sama memulai perjalanan istimewa untuk menemukan Ernesto de la Cruz dan mencari tahu kenyataan di balik sejarah keluarga Miguel.
Disney Pixar Coco terinspirasi dari hari libur nasional Meksiko "Day of the Dead" atau lebih dikenal dengan istilah Dia de los Muertos, di mana film ini memiliki dua dunia paralel dengan latar belakang Meksiko, yakni Land of the Living dan Land of the Dead.
Oscar juga menganugerahi penghargaan Animasi Pendek Terbaik pada "Dear Basketball".
"Sebagai pemain basket, kami harusnya diam saja dan men-dribble bola. Tapi saya senang kami bisa melakukan lebih dari itu," kata pemain basket Kobe Bryant di atas panggung.
Baca juga: Lima fakta seru tentang film "Coco"
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2018