Bulan lalu, terkuak bahwa miliarder China Li Shufu secara diam-diam mengakuisisi hampir 10 persen saham yang bernilai sekitar 7,2 miliar euro atau sekitar Rp122 triliun di perusahaan mobil Jerman Daimler – menjadikannya sebagai pemegang saham terbesar grup itu.
"Kami harus selalu menyesuaikan undang-undang kami pada perekonomian eksternal dengan perkembangan baru, termasuk ambang batas yang dapat melibatkan (pemerintah)," ujar Menteri Ekonomi Brigitte Zypries kepada mingguan Der Spiegel, seperti dikutip AFP.
Saat ini, Berlin dapat meneliti transaksi dan kemungkinan untuk mencegahnya, jika investor asing menyita saham lebih dari 25 persen modal perusahaan.
"Faktanya adalah, investor sering dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap bisnis, bahkan dengan saham yang lebih kecil," ujar Zypries dari partai Sosial Demokrat.
Ketertarikan China yang semakin meningkat terhadap perusahaan Jerman telah memicu kegelisahan di negara dengan perekonomian terbesar Eropa itu.
(kn)
Pewarta: -
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018