Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian tidak akan membuka ijin investasi asing pada sektor tanaman pangan, khususnya padi, jagung, dan ubi kayu di Pulau Jawa. Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Kamis, mengatakan investasi asing untuk komoditas tanaman pangan seperti padi, jagung maupun ubi kayu hanya akan diijinkan di luar pulau Jawa. "Di pulau Jawa tanaman pangan, terutama padi, banyak dibudidayakan petani kecil. kalau sampai investasi asing masuk akan mematikan mereka," kata Menteri di ruangan kerjanya. Hal itu dikatakannya menanggapi keluarnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 76 dan 77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan. Dalam Perpres yang dikeluarkan 3 Juli 2007 itu salah satunya membolehkan investasi asing memiliki saham hingga 95 persen untuk budidaya padi, jagung, ubi kayu dan tanaman pangan lain yang luasnya lebih dari 25 hektar (ha) Anton menyatakan, pada dasarnya Departemen Pertanian sangat membuka peluang yang lebar terhadap investasi asing yang akan menggarap budidaya tanaman pangan. "Namun, semua itu harus ada aturannya sehingga jangan sampai mematikan petani kecil," katanya. Oleh karena itu, tambahnya, pihaknya dalam waktu dekat akan mengelurkan aturan setingkat Keputusan Menteri mengenai investasi asing pada sektor tanaman pangan. Dia mengakui, sektor pertanian, khususnya tanaman pangan seperti padi, jagung, maupun ubi kayu kurang menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Untuk itu, lanjutnya, pihaknya membuka peluang lebar bagi investasi asing yang akan mengembangkan komoditas padi, jagung ataupun tanaman pangan lain di luar Jawa karena lahannya masih terbuka luas serta sedikit petani yang terlibat dalam budidayanya. "Silakan mereka membuka `rice milling unit` atau industri penggilingan padi yang besar di luar Jawa. Kita akan membuka kesempatan yang lebar," katanya. Anton mengakui, pemerintah tidak bisa menutup terhadap investasi asing di sektor pertanian karena tanpa investor sulit untuk mengembangkan usaha agribisnis, terutama tanaman pangan. Dia mencontohkan, China yang dulunya tertutup terhadap investasi asing kini justru membuka lebar-lebar serta menawarkan insentif yang menarik. Pihaknya meminta masyarakat untuk tidak khawatir terhadap masuknya investasi asing di sektor pertanian, termasuk tanaman pangan akan mendesak pengusaha dalam negeri ataupun petani karena masih akan ada kerjasama. "Selama ini, bangsa sendiri tidak mau menanamkan modalnya untuk pengembangan tanaman pangan. Biarkan asing masuk yang penting ada aturannya," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007