Berat badan bayi perempuan hasil pernihakan pasangan Anang Mutolib (35) dan Miyarti (30) itu hanya 7,5 kilogram. "Biasanya anak-anak tetangga saya yang usianya segitu, berat badannya sampai 12 kilogram," kata Miyarti, saat ditemui di rumahnya, Rabu.
Menurut dia, sejak kecil putri ketiganya itu sering sakit-sakitan. Bahkan, sejak umur tujuh bulan sudah sering menjalani perawatan di rumah sakit.
Miyarti mengaku, sejak hamil tidak pernah mendapatkan masalah pada kandungannya, kendati kondisi ekonomi keluarganya pas-pasan.
"Sebenarnya dia lahir normal, berat badannya sampai 3 kilogram. Tapi, setelah umurnya menginjak tujuh bulan, berat badannya terus menurun," katanya mengungkapkan.
"Bahkan, sekarang ini dia tidak mampu duduk sendiri dan harus dibopong," katanya dengan mata merah.
Lebih lanjut, ia mengatakan sudah berupaya untuk mengobatkan putrinya itu, di antaranya dengan membawa ke rumah sakit. Tapi, Anang, ayah Semi, terkendala faktor biaya.
"Sebenarnya kami sudah meminta kartu berobat ke rumah sakit. Tapi, sampai sekarang ternyata juga tidak diberi. Jangankan untuk berobat, ongkos transportasi kami sangat berat," kata penjual bakso keliling yang penghasilannya tak lebih dari Rp15 ribu sehari itu.
Setiap berobat ke rumah sakit atau puskesmas, anaknya selalu mendapatkan susu Entrasol. Tapi hanya sesekali susu tersebut dikonsumsi kondisi kesehatannya tidak normal.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, dr. Adi Laksono mengatakan, kasus yang dialami oleh Semi belum termasuk gizi buruk. "Dia masih bisa disembuhkan, tapi harus segera dibawa ke rumah sakit untuk pemulihan," katanya.
Selain pengobatan di rumah sakit, anak tersebut juga harus mendapat gizi mencukupi, di antaranya dengan mengkonsumsi makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna, termasuk mengkonsumsi telur dan susu.
Menurut dia, Semi termasuk anak yang menderita Kekurangan Energi Protein (KEP), sehingga berat badannya tidak proporsional. Tapi, hal itu dapat segera dipulihkan asalkan mendapat perawatan yang baik, terutama dengan makanan yang mengandung empat sehat lima sempurna.
Di Kabupaten Kediri, sejak bulan Januari-Maret 2008, terdapat sekitar 27 anak terdeteksi KEP atau dapat dikategorikan gizi buruk ringan.
Jumlah tersebut lebih tinggi daripada tahun sebelumnya, 2007 yang hanya 10 kasus gizi buruk, sebanyak empat orang di antaranya meninggal dunia.
Dari total jumlah balita di Kabupaten Kediri yang mencapai sekitar 112.548 anak, hanya 80.698 anak yang dibawa ke pos pelayanan terpadu (Posyandu). Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 54.857 anak atau 67,98 persen yang mengalami kenaikan berat badan. Selebihnya masih di bawah garis merah.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009