Kami tengah mempersiapkan kembali eks-PG Colomadu untuk diperkenalkan kembali kepada generasi zaman sekarang bahwa pada masanya PG Colomadu merupakan eksportir gula terbesar kedua di dunia."

Solo (ANTARA News) - Sejumlah perusahaan BUMN bersinergi untuk mengembangkan Pabrik Gula Colomadu yang ada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, sebagai bangunan bersejarah berskala internasional.

"Kami tengah mempersiapkan kembali eks-PG Colomadu untuk diperkenalkan kembali kepada generasi zaman sekarang bahwa pada masanya PG Colomadu merupakan eksportir gula terbesar kedua di dunia," kata Direktur Utama PTPN IX Irianto Hutagaol di Solo, Selasa.

Ia mengatakan nantinya pabrik tersebut akan difungsikan sebagai "culture center" atau pusat kebudayaan, "concert hall" dengan kapasitas 3.000 orang, "venue of MICE" dengan kapasitas 1.000 orang, dan menjadi area komersial yang dilengkapi berbagai gerai makanan dan kerajinan tangan asli Indonesia.

Bahkan, pada pembukaan destinasi wisata baru dengan nama De Tjolomadoe ini, pihaknya akan menandai dengan pergelaran konser artis dunia, David Foster and Friends di dua kota, yaitu Surabaya pada 22 Maret 2018 dan Surakarta 24 Maret 2018.

Sementara itu, dikatakannya, PG Colomadu didirikan pada tahun 1861 oleh Mangkunegara IV. Selanjutnya, pada tahun 1928 pabrik tersebut mengalami perluasan area lahan tebu dan perombakan arsitektur.

"Tepat di tahun 1996 PG Colomadu dikelola oleh PTPN IX dan tahun 1998 pabrik ini berhenti beroperasi," katanya.

Untuk menghidupkan kembali bangunan tersebut, dikatakannya, beberapa perusahaan BUMN di antaranya PT PP (Persero) Tbk, PT PP Properti Tbk, PT Taman Wisata Candi Prambanan, Borobudur, dan Ratu Boko (Persero), dan PT Jasa Marga Properti membentuk konsorsium bernama PT Sinergi Colomadu.

"Dari `feasibility study` dan merujuk kajian `highest and best use` yang dilakukan oleh konsultan independen, PT PP (Persero) Tbk bersama dengan BUMN bersinergi melakukan investasi dan revitalisasi," katanya.

Ia mengatakan tahap pertama revitalisasi gedung dengan luas bangunan 1,3 hektar di atas lahan 6,4 hektar. Pada revitalisasi tersebut pihaknya berupaya tetap mempertahankan nilai dan kekayaan sejarah yang ada.

Pewarta: Aries Wasita Widi Astuti
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018