Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta turun 16 poin menjadi Rp13.685 per dolar AS dari Rp13.669 per dolar AS pada Rabu pagi, sementara pelaku pasar dalam negeri mengantisipasi rilis data inflasi.
"Pelaku pasar uang di dalam negeri sedang mengantisipasi data inflasi Februari yang sedianya akan dirilis pada awal April nanti, di tengah situasi itu membuat pergerakan rupiah kembali melemah," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada, menambahkan bahwa rendahnya penawaran yang masuk untuk lelang surat utang negara ikut menahan pergerakan rupiah.
Di sisi lain, dia menjelaskan, pergerakan rupiah juga terpengaruh sentimen mengenai potensi kenaikan suku bunga The Federal Reserve Amerika Serikat pada Maret. Kenaikan suku bunga The Fed akan mendorong pelaku pasar masuk ke aset berdenominasi dolar AS.
Kendati demikian, ia mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak akan berlangsung lama. "Sentimen ekonomi Indonesia yang kondusif akan menjaga nilai tukar rupiah bergerak dalam kisaran stabil," katanya.
Analis Monex Investindo Futures Yulia Safrina mengatakan dolar AS melanjutkan penguatan karena bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan tetap pada rencana untuk menaikkan suku bunga secara bertahap.
"Fokus pasar selanjutnya akan tertuju pada data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Jika data ekonomi AS dilaporkan lebih tinggi dari ekspektasi maka dolar AS kembali berpeluang melanjutkan apresiasi," katanya.
Baca juga: Menkeu: rupiah masih kompetitif
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018