Damaskus, Suriah (ANTARA News) - Tepat saat warga Damaskus mengira situasi hidup akan menjadi lebih baik dan berharap meraih kembali kegemilangan yang hilang di wilayah paling tua di Ibu Kota Suriah, perang berlanjut.
Pertempuran mendesak semua orang ke tebing penderitaan di Ghouta Timur, yang dikuasai gerilyawan dan menjadi tujuan berlibur warga Damaskus sebelum perang.
Perang telah mengubah wilayah tersebut menjadi tempat yang dicabik pertempuran, tempat beberapa kelompok gerilyawan berlindung dan menembakkan bom ke Damaskus.
Ghouta Timur, yang berada di beberapa kilometer di sebelah timur Damaskus, kini menjadi ancaman besar terakhir buat Ibu Kota Suriah.
Dua bulan lalu, gerilyawan --terutama yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida-- melancarkan serangan besar terhadap pangkalan militer utama di Kota Harasta di Ghouta Timur, sehingga pasukan militer Suriah melancarkan serangan balasan guna memukul mundur gerilyawan.
Namun, gerilyawan kembali melancarkan serangan mortir mereka terhadap Ibu Kota Suriah; mereka membombardir daerah permukiman dan membuat warga sipil dicengkeram ketakutan akan kematian atau cacat.
Serangan itu diduga telah menaikkan kemarahan pemerintah, sebab Ghouta Timur mestinya menjadi zona penurunan ketegangan sebagai bagian dari kesepakatan yang diperantarai Rusia, Turki dan Iran.
Dalam beberapa hari belakangan, balabantuan militer yang tak pernah terjadi sebelumnya mulai berkumpul di pinggir Ghouta Timur, dan melancarkan tembakan sengit ke posisi gerilyawan di daerah tersebut sebagai awal serangan darat.
Sementara itu, gerilyawan juga meningkatkan pemboman mortir mereka terhadap Ibu Kota Suriah, menewaskan puluhan orang dan melukai banyak orang lagi.
Kelompok pro-gerilyawan yang berpusat di London, Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia menyatakan sedikitnya 400 orang telah tewas akibat pemboman sengit terhadap Ghouta Timur sejak Minggu (19/2).
Selain itu, radio pro-pemerintah Sham FM mencatat 338 ledakan bom mortir di Damaskus sejak Januari sehingga menewaskan 79 orang, termasuk 17 anak kecil.
Ketakutan telah menjadi perasaan yang menghantui warga Damaskus dan rakyat di Ghouta Timur, sementara PBB mendesak dicapainya penghentian permusuhan guna memungkinkan bantuan mencapai 400.000 orang yang diperkirakan tinggal di daerah yang dikuasai gerilyawan.
Staffan de Mistura, Utusan Khusus PBB untuk Suriah, menggambarkan situasi warga sipil di Ghouta Timur sebagai "menyedihkan".
Pada Kamis (22/2), helikopter militer Suriah menjatuhkan selebaran di Ghouta Timur, guna mendesak warga sipil agar meninggalkan daerah tersebut dan tidak bekerjasama dengan gerilyawan.
Sebagian besar kehidupan di Damaskus, terutama di bagian timurnya di dekat Ghouta Timur, juga telah lumpuh; rakyat berlindung di dalam rumah mereka atau sekali-kali memesan kamar hotel di pinggir Damaskus Barat, yang aman.
Pewarta: -
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018