Bandung (ANTARA News) - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menggelar pertunjukan kesenian Wayang Ajen dengan dalang wayang, Wawan Gunawan di Lapang Karangpawitan, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Sabtu malam, dalam rangka memperingati Hari Jadi Garut ke-205 sekaligus mengenalkan seni wayang modern kepada masyarakat luas.

Dalang Wayang Ajen, Wawan mengatakan, acara kesenian wayang sudah seharusnya terus dilestarikan dan diperkenalkan kepada masyarakat setiap generasi.

"Wayang yang ditampilkan lebih kontemporer, tapi esensinya tetap, dan mengangkat isu-isu baru yang terjadi di masyarakat," kata Wawan.

Ia menuturkan, tema Wayang Ajen di Garut mengangkat isu teror terhadap kalangan pondok pesantren atau ulama oleh pelaku yang diduga orang gila.

Menurut dia, Wayang Ajen yang menyuguhkan cerita kehidupan masyarakat masa kini akan mampu menarik minat banyak masyarakat hingga akhirnya mau menonton wayang.

"Wayang Ajen sebagai kritik sosial terhadap pemangku kepentingan maupun diri sendiri," katanya.

Wayang Ajen yang sudah ke-empat kalinya tampil di Garut itu, kata Wawan, menyampaikan pesan moral untuk membangun kesadaran masyarakat agar tidak terjadi sesuatu yang membahayakan kehidupan manusia.

"Harus saling mengingatkan, saling menyadarkan, bila ada kesadaran niscaya tidak terjadi sesuatu," katanya.

Agar makna pesan melalui kesenian wayang tersampaikan, kata Wawan, maka penyajiannya harus modern tidak membuat jenuh masyarakat, terutama kalangan anak muda.


Baca juga: Garut undang kedutaan asing, bidik wisatawan mancanagara


Baca juga: Artikel - Garut serius garap potensi pariwisata

Menurut dia, pertunjukan wayang yang megah berikut lampu-lampu yang gemerlap akan menjadi daya tarik masyarakat khususnya anak muda.

"Harapan saya untuk melestarikan wayang yaitu pemerintah memberikan ruang dan waktu kepada anak muda," katanya.

Sementara itu, pertunjukan Wayang Ajen dihadiri Ketua Komisi X DPR RI, Ferdiansyah, unsur pejabat pemerintah daerah dan antusias masyarakat Garut menyaksikan wayang tersebut.

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018