Kuala Lumpur (ANTARA News) - Perdana Menteri Malaysia Najib Razak memicu badai kritik setelah mengatakan bahwa dia telah berhenti makan beras demi quinoa yang lebih mahal.
Najib, yang akan menghadapi pemilihan umum beberapa bulan mendatang dan diduga melakukan skandal korupsi, telah dituding atas kenaikan biaya hidup sejak memberlakukan pajak barang dan jasa pada 2015.
Berharap untuk menang untuk masa jabatan ketiga dalam pemilu yang dijadwalkan pada Agustus, Najib membantah melakukan kesalahan sehubungan dengan skandal korupsi seputar dana negara 1Malaysia Development Berhad (1MDB).
Lembaga dana tersebut juga membantah melakukan kesalahan.
Serangan kritik terbaru dari lawan yang menyebut perdana menteri tersebut tidak ramah dan tidak dapat dijangkau oleh rakyat biasa mengikuti sebuah pernyataan yang dia buat saat berkunjung ke sebuah rumah sakit pada Kamis.
"Saya tidak makan nasi, saya makan quinoa, anak saya mengenalkan saya padanya," ujar Najib dalam sebuah video yang diambil pada sesi tanya jawab.
Najib menjelaskan quinoa memiliki sedikit karbohidrat dan gula.
"Ini lebih baik dari nasi," katanya.
Beras adalah makanan pokok yang dikonsumsi di Malaysia. Beras disubsidi pemerintah hingga 2015.
Pernyataan Najib tentang quinoa, yang berasal dari Amerika Selatan, dicemooh di media sosial.
Mantan Perdana Menteri Mahathir Mohamad, kandidat oposisi untuk perdana menteri jika dia memenangi pemilu, menyuarakan dukungannya untuk sajian tradisional Malaysia.
"Saya hanya makan nasi lokal," demikian Mahathir di Twitter.
Pemimpin oposisi lainnya, Lim Kit Siang, mengatakan bahwa dia belum pernah mendengar tentang quinoa.
"Pemilihan umum ke-14 adalah tentang quinoa melawan nasi; pemerintahan bersih melawan pemerintahan korupsi; dan Najib melawan rakyat Malaysia," demikian pernyataan Lim.
Kantor Najib menanggapi dengan mengatakan "pihak-pihak tertentu" telah memanipulasi pernyataannya.
Quinoa adalah bagian dari makanan sehat Najib dan telah direkomendasikan oleh seorang dokter, demikian pernyataan kantornya, Jumat.
Najib secara luas diperkirakan akan memenangi pemilihan, berkat adanya oposisi yang terbagi, ekonomi yang optimistis, dukungan pedesaan dan menggambar ulang batas-batas pemilihan yang menurut para kritikus menguntungkan pemerintah, demikian Reuters.
(Uu.KR-DVI/M016)
Pewarta: SYSTEM
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018