"Ini akan menjadi pusat Islam sejati yang mempromosikan moderasi dan toleransi sekaligus berperan untuk menghadapi ucapan kebencian dan segala jenis kekerasan," kata Mohammad Abdul Karim yang pernah berkunjung ke Indonesia baru-baru ini.
Pusat peradaban ini akan menjadi organisasi nonpemerintah yang menerima semua organisasi dan kepercayaan tanpa diskriminasi, katanya kepada wartawan senior Indonesia yang berada di Riyadh untuk memenuhi undangan Pemerintah Arab Saudi.
"Kami telah menyumbangkan lahan untuk pusat peradaban itu di Indonesia," ujar sekretaris jenderal kepada para wartawan, seraya menambahkan bahwa umat Islam dan Islam lebih besar daripada kepentingannya sendiri.
Menurut dia, Indonesia dipilih sebagai lokasi dari pusat yang akan menjadi organisasi non-pemerintah internasional karena negara ini memiliki jumlah umat Islam terbesar di dunia.
Dia juga menghargai Indonesia karena menjadi negara yang memiliki toleransi terhadap agama dan kemanusiaan dan sekarang dunia fokus pada Indonesia sebagai negara muslim moderat.
"Saya dengan rendah hati menasihati Indonesia yang dianggap sebagai negara Muslim moderat agar tidak sektarian karena kondisi seperti itu sangat menyakitkan," katanya.
Sektarian bisa mengubah sebuah negara menjadi zona perang, kata Abdul Karim Alissa, menambahkan bahwa sebuah negara dapat menerima semua sekte dan kepercayaan tapi tidak boleh menjadi sektarian dan harus menentang terorisme dan kekerasan.
Pewarta: Bambang Purwanto
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018