"Tiga hari terakhir kan, tanaman jagung kami mengalami hujan abu. Untung kemarin sore turun hujan lebat, dan hari ini tinggal perbaiki tanaman kami yang tertutup abu," ujar Suhardi (47), petani di Desa Lawe Dua, Bukit Tusam, Aceh Tenggara, Kamis.
Ia mengatakan, ketebalan abu vulkanik yang menempel di tanaman jagung miliknya cukup tebal yakni sekitar dua hingga tiga centimeter.
Abu yang menempel pada salah satu jenis tanaman pangan tersebut, akan berpengaruh terhadap mutu serta kualitas yang berunjung timbulnya dampak negatif ketika di panen.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Aceh Tenggara menyebut, luas areal tanaman jagung sekitar 16.679 hektare dengan masa tanam tiga kali dalam setahun dan jumlah produksi 220 ribu ton per tahun.
"Sayang, karena satu bulan lagi tanaman jagung kami ini mau di panen. Terkadang kita semprot juga, agar abu yang menempel di batang maupun buahnya hilang," terangnya.
Junaidi Taringan (37), petani padi di Desa Biak Muli, Bambel, menambahkan, dirinya bersama petani lain di kecamatan tersebut terpaksa melakukan penyemprotan tanaman secara merata mulai dari pucuknya.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Tenggara menyatakan, terdapat tiga kecamatan terdampak paling banyak tertutupi material abu vulkanik Gunung Sinabung yakni Babul Makmur, Lawe Sigala dan Babul Rahmah.
"Kami mesti bekerja ekstra untuk menyiram air. Apalagi jika kondisi tanaman padi kami masih dalam proses pembentukan bunga karena hujan turun tidak begitu deras di tempat ini," tuturnya.
Gunungapi Sinabung telah menyemburkan material vulkanik setinggi 5.000 meter pada Senin, (19/2), pukul 08.54 WIB. Ini erupsi tertinggi selama tahun 2018, dan seiring dengan gempa vulkanik selama 607 detik.
Abu vulkanik meluncur mengikuti arah angin hingga 4,9 kilometer ke sektor Selatan-Tenggara, dan 3,5 kilometer ke sektor Tenggara Timur.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018