Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia lewat Kementerian Perindustrian memperkuat kemitraan dengan Jepang melalui Pemerintah Prefektur Fukuoka untuk menjajaki temu bisnis antara antara pelaku industri kedua negara, khususnya di sektor agro untuk menarik investasi dan mendongkrak ekspor.


"Pada tahun 2017, mereka menyatakan salah satu negara sasaran untuk program ke depannya adalah Indonesia dengan fokus di sektor agribisnis dari hulu sampai hilir," kata Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto pada acara Business Matching di Jakarta, Kamis.


Panggah menyampaikan, sebagai langkah persiapan sebelum acara tersebut, pihaknya telah melakukan kunjungan kerja ke Fukuoka guna membahas proposal perencanaan bisnis dan melakukan kunjungan ke beberapa perusahaan industri agro setempat.


Pemerintah Prefektur Fukuoka telah menjalankan Asia Business Delegation Program sejak tahun 2014.


"Program ini bertujuan untuk melakukan temu bisnis dan pertukaran informasi dengan pemerintah negara-negara di Asia," terangnya.


Pada acara Business Matching, Kemenperin mengundang sejumlah pelaku industri agro Indonesia untuk mempromosikan produk-produk unggulannya, antara lain produk olahan rumput laut, kakao, teh, kopi, singkong, madu hutan, serta bahan makanan baik organik dan non organik.


(Baca juga: Ketersediaan bahan baku industri agro masih jadi tantangan)


Selain itu menampilkan pula produk makanan hasil sektor industri kecil dan menengah (IKM).


Kemenperin mencatat, industri makanan dan minuman (mamin) memberikan kontribusi sebesar 34,33 persen terhadap PDB industri pengolahan nonmigas nasional pada tahun 2017. Capaian ini tertinggi dibanding sektor lainnya.


Sementara itu, ekspor industri makanan dan minuman nasional ke Jepang sebesar 800 juta dolar AS pada 2017. Angka nilai ekspor tersebut tanpa mengikutsertakan CPO senilai 212 juta dolar AS.


(Baca juga: Industri mamin nasional mulai terapkan Industry 4.0)


"Sedangkan, nilai impor produk makanan dan minuman Jepang ke Indonesia sekitar 35 juta dolar AS, sehingga kita masih surplus," ungkap Panggah.


Adapun beberapa produk industri agro nasional yang berpotensi menembus pasar Jepang, antara lain produk olahan rumput laut, ikan, kopi, cokelat, singkong dan rempah-rempah.


"Ini yang perlu kita kembangkan untuk ekspor ke sana, karena belum terlalu banyak. Kami juga mendorong pelaku IKM kita bisa terlibat," imbuhnya.


Menurut Panggah, acara Business Matching dengan Prefektur Fukuoka merupakan platform yang ideal bagi para buyers dan supplier di Indonesia dan Jepang untuk memperluas pangsa pasarnya di Asia Timur.


Oleh karena itu, diharapkan seluruh peserta dapat memanfaatkan secara maksimal kesempatan ini untuk melakukan komunikasi bisnis dan pertukaran informasi yang produktif sehingga dapat terjalin kerja sama bisnis yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak.


"Semoga acara ini dapat menjadi jembatan untuk membangun kerja sama yang erat antara pengusaha Indonesia dan Jepang, serta dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi peningkatan kinerja ekspor produk makanan dan minuman Indonesia dan Jepang," tutur Panggah.


Pada kesempatan yang sama, Ketua Delegasi Fukuoka Kenji Narita mengungkapkan, untuk memulai business to business (B2B) sebaiknya perlu dilakukan terlebih dahulu kerja sama antara government to government (G2G).


"Kami sudah kunjungi beberapa perusahaan makanan yang diperkenalkan oleh Kemenperin. Ini pertama kali kami penjajakan industri agro ke Indonesia," ucapnya.


Dia menerangkan, Fukuoka berada di bagian selatan, posisinya strategis sebagai pintu masuk Asia ke Jepang.


"Hampir semua sektor industri agro, ada di Fukuoka, dari hulu sampai hilir. Dalam rombongan ini, terdapat sembilan perusahaan infrastruktur pendukung pertanian, antara lain dari segi IT, perbaikan lahan, mesin dan packaging, hingga pelatihan untuk instruktur dan SDM agro industri," ungkapnya.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018