"Mengolah infrastruktur energi itu salah satu tugas dari investor dan pemerintah daerah terkait, nah tugas utama kami sebagai Kementerian adalah memastikan energi tersebut berkeadilan," kata Jonan, saat menghadiri diskusi tentang teknologi energi baru terbarukan di Jakarta, Kamis.
Jonan juga mengatakan, masyarakat di Indonesia banyak dan luas wilayah Nusantara diantaranya sulit dijangkau.
"Apakah bisa mewujudkan bauran energi lebih dari 23 persen pada 2025? Jawabannya bukan bisa atau tidak melainkan, bukan hal yang mudah untuk itu. Tapi kami sudah mempersiapkan itu semua dari sekarang," katanya.
Dalam pertemuan itu Jonan juga membuka peluang bekerja sama dengan perwakilan perusahaan Bulgaria, International Power Supply, untuk mengembangkan EBT. Sebab, Bulgaria menawarkan pengembangan EBT tenaga surya yang mampu dioptimalkan di wilayah nusantara yang sulit dijangkau.
Sebelumnya, Jonan terus mendorong EBT di Indonesia untuk memenuhi target bauran energi EBT sebesar 23 persen pada 2025.
Pemerintah terus menggenjot pemanfaatan EBT sebagai tulang punggung energi nasional. Sebagai gambaran, bauran EBT meningkat rata-rata 0,54 persen setiap tahun. Pada 2016 capaian bauran EBT sebesar 7,7 persen.
Angka ini lebih besar dari 2015 (6,7 persen), 2014 (6,4 persen) dan 2013 (5,3 persen). Sementara, untuk triwulan II tahun 2017 melebihi target, di mana energi panas bumi dan EBT lainnya mencapai 5,23 persen (target 4,96 persen) dan bauran energi dari air mencapai 8,07 persen (target 6,16 persen).
Lebih lanjut, Jonan mengatakan faktor lain yang harus diperhatikan adalah keterjangkauan harga oleh masyarakat untuk mewujudkan keadilan. Menurut dia, faktor ini jauh lebih penting.
Lebih lanjut, Jonan mengatakan faktor lain yang harus diperhatikan adalah keterjangkauan harga oleh masyarakat untuk mewujudkan keadilan. Menurut dia, faktor ini jauh lebih penting.
Pewarta: Afut Nursyirwan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018