Beirut (ANTARA News) - Mantan presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menyerukan pemilihan presiden dan legislatif yang bebas melalui surat terbuka kepada Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei,
Khamenei mendukung Ahmadinejad setelah turun gunungnya ke politik memicu unjuk rasa yang membuat beberapa orang terbunuh dan ratusan ditahan sebelum pasukan Pengawal Revolusi memadamkan gejolak politik itu. Keduanya lalu pecah kongsi pada 2011 ketika Khamenei menyebut Ahmadinejad telah melewati batas kewenangannya.
Ahmadinejad tidak bisa lagi mencalonkan presiden pada Pemilu 2013 karena sudah dua kali menjabat presiden. Dia digantikan oleh tokoh pragmatis Hassan Rouhani yang memenangkan dua Pemilu, termasuk tahun lalu.
"Kebutuhan segera nan esensial saat ini adalah menggelar Pemilu yang bebas untuk presiden dan parlemen, tentu saja tanpa rekayasa Dewan Pengawal dan intervensi lembaga militer dan keamanan, sehingga rakyat memiliki hak untuk memilih," tulis Ahmadinejad.
Ahmadinejad juga menyerukan "reformasi fundamental pada tiga cabang kekuasaan --eksekutif, parlemen dan yudikatif- selain juga Pemimpin Spiritual." Tapi dia tidak mengelaborasi reformasi yang dia inginkan itu.
Baca juga: Presiden Rouhani ingatkan Iran agar dengarkan suara demonstran
Tetapi dia telah menantang tabu di Iran, yakni mengkritik Khamenei atau kekuasaannya ketika menghina Pemimpin Spiritual disebut kejahatan.
Ahmadinejad juga menyerukan pembebasan tahanan politik dan pemecatan kepala yudikatif Ayatollah Sadeq Amoli Larijani yang dia tuduh telah tak adil membidik sekutu-sekutu politiknya.
Popularitas rezim Rouhani meredup karena gagal meningkatkan perekonomian nasional kendati pada 2015 dia mencapai kesepakatan dengan negara-negara besar dalam mengakhiri sanksi kepada Iran dengan imbalan penghentian program nuklir.
"Ahmadinejad dan kelompoknya menjadi sangat aktif dalam mengkritik kehakiman dan parlemen. Dia meneruskan jalur populis," kata Roozbeh Mirebrahimi, wartawan pada harian reformis Iran yang kini tinggal di New York.
Baca juga: 25 tewas dalam kerusuhan di Iran
Pewarta: -
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2018