Pekerjaan nanti tidak hanya di manufaktur saja, akan berkembang ke supply chain, logistik, R&D...Jakarta (ANTARA News) - Penerapan sistem Industry 4.0 akan membuka peluang pekerjaan baru yang lebih spesifik dan membutuhkan kompetensi tinggi, karenanya sumber daya manusia bidang industri di Indonesia mesti bertransformasi ke arah teknologi informasi, kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara.
"Studi yang dilakukan terhadap industri yang ada di Jerman menunjukkan bahwa permintaan tenaga kerja akan meningkat secara signifikan hingga 96 persen, khususnya di bagian riset dan pengembangan dan pengembangan software," katanya dalam siaran pers kementerian, Rabu.
"Pekerjaan nanti tidak hanya di manufaktur saja, akan berkembang ke supply chain, logistik, R&D. Selain itu, yang di sektor manufaktur juga perlu rescaling atau up-scaling untuk memenuhi kebutuhan," katanya.
Istilah Industry 4.0 ini pertama kali muncul di Jerman pada 2011. Pada pertemuan World Economic Forum 2015, Kanselir Jerman Angela Merkel menjelaskan bahwa revolusi industri keempat merupakan sistem yang mengintegrasikan dunia daring dengan produksi industri.
Penggunaan teknologi terkini yang berbasis internet, menurut Ngakan, juga akan memunculkan permintaan jenis pekerjaan baru seperti pengelola dan analis data digital, serta operator teknologi robot untuk proses produksi di industri.
Dia juga menyebut beberapa potensi keuntungan dari penerapan konsep Industry 4.0, antara lain efisiensi yang tinggi, pengurangan waktu dan biaya produksi, meminimalkan kesalahan kerja, dan peningkatan akurasi dan kualitas produk.
Untuk menjamin keberlangsungan sistem Industry 4.0, Ngakan menyebutkan, ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi oleh industri, di antaranya ketersediaan sumber daya listrik yang melimpah, murah, dan berlanjut; serta ketersediaan infrastruktur jaringan internet dengan bandwidth yang cukup besar dan jangkauan luas.
Selain itu, ia melanjutkan, juga butuh ketersediaan pusat data dengan kapasitas penyimpanan besar yang aman dan terjangkau, ketersediaan infrastruktur logistik modern, dan kebijakan ketenagakerjaan yang mendukung kebutuhan industri sesuai dengan karakter Industry 4.0.
"Tahun 2018 ini kami akan melakukan sosialisasi besar-besaran untuk industry 4.0," jelasnya.
Ia menambahkan, Kementerian Perindustrian telah membuat program pendidikan vokasi yang menghubungkan industri dan sekolah menengah kejuruan.
"Kami juga punya beberapa balai diklat yang bisa dipakai oleh industri untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerjanya," kata Ngakan.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian menyampaikan implementasi Industry 4.0 mampu meningkatkan produktivitas, penyerapan tenaga kerja, dan perluasan pasar bagi industri nasional.
"Revolusi Industry 4.0 merupakan upaya transfomasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama," katanya.
"Ini bisa dipelajari dalam enam bulan. Kami yakin, Indonesia siap menjadi solusi dalam Industry 4.0 dan digital ekonomi," ia menambahkan.
Negara yang punya program untuk mendukung industri menuju Industry 4.0, antara lain Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Tiongkok, India, Jepang, dan Korea Selatan. Di lingkup ASEAN, Thailand dan Vietnam juga sudah membuat roadmap Industry 4.0.
"Negara lain saat ini ada di tahap awal juga walaupun kesiapan masing-masing negara punya perbedaan, sehingga kita belum tertinggal jauh," kata Ngakan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018