"Petani kesulitan menjual jagung akibat tidak ada pembeli padahal produksinya melimpah," ujar anggota DPRD, Rahmat Lamaji, Rabu di Gorontalo.
Menurut ia, pantauan yang dilakukan pihaknya menemukan, kondisi tersebut diakibatkan jenis bibit yang disalurkan kepada petani tidak sesuai dengan permintaan pasar.
Bibit yang disalurkan melalui program nasional pada tahun 2017 lalu, bukan varietas Bisi 2 ataupun Bisi 18, menyebabkan minimnya minat pembelian jagung.
Para pengumpul ataupun perusahaan tidak ingin membeli jagung dengan varietas yang tidak sesuai, makanya petani kesulitan menjual hasilnya padahal panen tahun ini sangat melimpah.
"Petani tidak hanya bingung namun sangat kesulitan memasarkan produksi jagung yang tidak sesuai dengan permintaan pasar," ujar Rahmat.
DPRD berharap, pemerintah daerah melalui instansi terkait agar memperhatikan kondisi dan persoalan yang dialami petani jagung.
Pemerintah daerah diharapkan berinovasi mencarikan peluang pasar seluas-luasnya atau membuka peluang investasi di sektor pertanian yang akan memudahkan petani menjual produk pertaniannya, termasuk komoditas jagung yang mendominasi hasil pertanian di daerah ini.
Ia mengatakan, tahun 2017 lalu program nasional penyaluran bantuan bibit jagung dengan merk tententu dalam jumlah banyak, harusnya ditindaklanjuti dengan menyiapkan pasar terhadap produk yang dihasilkan.
"Bantuan harus dari hulu ke hilir, artinya bantuan bibit dalam jumlah banyak mendorong petani menanam untuk meningkatkan produksi, namun harus dibarengi dengan kesiapan pasar dan standarisasi harga agar petani semakin bersemangat dan menikmati keuntungan," ujarnya.
Pihak Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Anggrek, Arman Hasan mengatakan, pihaknya sudah mengklarifikasi kendala penjualan jagung di dua perusahaan yang ada di wilayah itu.
"Pihak perusahaan sangat ingin membeli produksi jagung, hanya saja sangat selektif terhadap kualitas yaitu tidak busuk dan berjamur," ujarnya.
Diakuinya, petani yang memilih memanen jagung belum waktunya, sangat berdampak pada kualitas yang dihasilkan sebab jagung mudah busuk dan berjamur apalagi jika proses pengeringan tidak sempurna atau kadar airnya tidak sesuai yang diharapkan.
Pihaknya pun mengakui kata Arman, bibit jagung varietas Dragon yang banyak ditanam saat ini, kualitasnya lebih rendah dibanding varietas Bisi 2 ataupun Bisi 18.
Sebab bibit varietas Dragon, warnanya lebih pucat dan masa panennya tidak boleh kurang dari 120 hari, serta beratnya pun lebih ringan dibanding Bisi 2, Bisi 18 maupun Bisi 228.
Baca juga: Mentan: Gorontalo termasuk daerah lumbung jagung nasional
Baca juga: Mentan apresiasi keberhasilan produksi jagung di Gorontalo
Pewarta: Susanti Sako
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018