Jakarta (ANTARA News) - Pencipta tokoh kartun Oom Pasikom, GM Sudarta, menggelar pameran 240 karyanya sejak 1967-2007 di tujuh kota dalam rangka memperingati 40 tahun keberadaan kartun Oom Pasikom yang setiap harinya terbit di Harian Umum Kompas. "Saya ingin berbuat sesuatu melalui kartun, harapannya tentu ada perbaikan dari sesuatu ketidakberesan yang terjadi di negeri ini," kata GM Sudarta dalam acara pembukaan pameran di Bentara Budaya, Jakarta, Selasa. Oom Pasikom adalah tokoh kartun yang diciptakan Sudarta dalam bentuk seorang pria dengan topi pet kotak-kotak, kemeja putih polos dibalut jas yang ditambal sulam di bagian lengan, dipadukan celana warna gelap. Di Jakarta pameran ini akan berlangsung 4-12 Juli, dan dilanjutkan di sejumlah kota lain yakni Yogyakarta, Malang, Surabaya, Denpasar, Semarang, dan berakhir di Bandung. Dalam Oom Pasikom, Sudarta mengangkat topik-topik yang sedang hangat di perbincangkan di media massa dan publik Indonesia. Kritikan dalam kartun itu dikemas sederhana namun lucu sehingga mengundang senyum si pembaca, bahkan menjadi bahan perenungan serta koreksi diri bagi orang-orang yang dikritik. Di usia 62 tahun, pria yang akrab dipanggil Pak GM itu telah membuat ratusan kartun tentang berbagai peristiwa di Indonesia. Satu di antaranya kartun berjudul "Eforia berdirinya Orde Baru" yang terbit di Harian Kompas pada 4 April 1967. Dalam gambar kartun tersebut tampak Soeharto membawa sapu lidi sedang mengayunkan sapunya, "membersihkan" orang-orang yang di bajunya bertuliskan Orde Lama dan sisa Orde Lama. Pada bagian lain, Sudarta mengangkat tema-tema kemanusiaan melalui karya-karyanya seperti yang terbit pada 27 Maret 2002 tentang penggusuran gubuk-gubuk milik warga Bendungan Hilir, Jakarta. Sudarta juga mengeritisi sikap-sikap para pemimpin negara ini berikut kebijakan-kebijakannya, mulai dari Presiden Indonesia pertama, Soekarno, hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mantan Menteri Sekretaris Negara era pemerintahan Soeharto, Moerdiono, yang hadir dalam pembukaan pameran mengaku dirinya terkejut ketika mendapati dirinya "disindir" dalam gambar kartun Oom Pasikom ketika masih menjadi menteri dulu. "Saya kaget dan sekaligus merasa diingatkan oleh Oom Pasikom. Waktu itu, Presiden meminta saya menyampaikan, agar rakyat `mengencangkan ikat pinggang` karena keadaan yang sulit, tapi menurut Sudarta waktu itu kondisi rakyat sudah teramat sulit sehingga tak bisa mengencangkan ikat pinggang lagi," katanya. Moerdiono mengenang, pada saat itu sindiran kartun Sidarta digambarkan dengan Oom Pasikom yang memakai ikat pinggang dan mengencangkannya hingga pinggangnya mengecil dan ikat pinggang itu putus. "Sudarta cerdas dalam mengeritik tanpa membuat orang yang dikritik sakit hati," katanya. Sementara itu, Pemimpin Umum Harian Kompas, Jakob Oetama, dalam sambutannya mengatakan bahwa Sudarta mengolah sebuah kritik melalui kartun-kartunnya, menyampaikan suara hati melalui seni yang sarat dengan humor. "Dia mampu menangkap persoalan, memilih mana yang harus dikritik dengan cara humor, membuat orang tersenyum, tanpa harus sakit hati karena di kritik, dan bahkan bisa menjadi refleksi diri," ujarnya. Pembukaan pameran dimeriahkan dengan monolog Butet Kartaredjasa yang berperan sebagai Oom Pasikom, dan permainan piano putri Sudarta, Kirana. "Kartun itu penting, buatlah kartun yang bisa membuat orang yang dikritik menjadi tersenyum, merenung, dan memperbaiki diri. Kartun yang baik adalah kartun yang bisa menimbulkan dialog," demikian Sudarta. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007