“Pertumbuhan ini jelas memberikan harapan besar bagi para pelaku industri alas kaki dan industri barang dari kulit di dalam negeri, termasuk untuk sektor industri kecil dan menengah,” kata Dirjen Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih melalui keterangan resmi di Jakarta, Selasa.
Gati menyampaikan hal itu pada pembukaan Pelatihan Bimbingan Teknis Operator Jahit Sepatu dan Bimbingan Teknis Desain Alas Kaki Tingkat Dasar yang diselenggarakan oleh Balai Pengembangan Industri Persepatuan Indonesia (BPIPI) Kemen di Sidoarjo.
Gati menjelaskan, kinerja positif dari industri alas kaki nasional lantaran juga didorong melalui upaya pemerintah menciptakan iklim usaha yang kondusif di Tanah Air.
“Ini pun menunjukkan bahwa ada perbaikan perekonomian Indonesia yang membuat para pelaku bisnis kita dapat lebih optimis dan semangat di tahun 2018,” paparnya.
Kemenperin mencatat, sebaran IKM alas kaki di Indonesia mencapai 32.562 unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 113.907 orang.
Secara makro, dalam periode lima tahun (2012-2016), terjadi peningkatan signifikan terhadap konsumsi per kapita masyarakat Indonesia terhadap alas kaki yang semula hanya dua pasang menjadi lebih dari tiga pasang per tahun.
“Melihat potret pasar saat ini, kami yakin di masa mendatang untuk konsumsi alas kaki di dalam negeri akan semakin meningkat seiring pertumbuhan penduduk dan tingkat kemakmuran atau daya beli masyarakat,” jelas Gati.
Sementara itu, dilihat dari kinerja pertumbuhan, kelompok industri kulit, barang jadi kulit dan alas kaki nasional berada di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini mampu tumbuh sebesar 8,51 persen pada tahun 2016.
“Jika dari kontribusinya, sektor ini telah menyumbang PDB nasional sebesar 1,56 persen pada tahun 2016 dari sektor nonmigas,” tuturnya.
Berdasarkan World Footwear Market 2016, Asia masih mendominasi 87 persen produksi alas kaki dunia, dan Indonesia pada posisi ke-4 dengan total produksi mencapai 1 miliar pasang per tahun atau sekitar 4,4 persen kontribusi produksi alas kaki Indonesia ke dunia.
“Untuk itu, agar terus mampu bersaing di pasar dunia, melalui BPIPI yang berada di bawah naungan Ditjen IKM, kami membuat strategi pengembangan IKM alas kaki nasional yang akan difokuskan pada penguatan eksistensi dan kemajuan organisasi,” ungkap Gati.
Sedangkan pada strategi pertumbuhan IKM, difokuskan pada wirausahan baru dan penyebaran IKM alas kaki di dalam negeri.
Gati menambahkan, IKM alas kaki saat ini dituntut harus mampu menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi pada produk yang dihasilkan.
Salah satu upaya strategis yang perlu dilakukan adalah meningkatkan pembangunan sektor ekonomi industri dengan memperkuat kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kualitas produk.
“Tiga pilar utama pengembangan organisasi terkait Knowledge, Training dan Design, BPIPI akan fokus pada pengembangan SDM industri yang akan menunjang sektor IKM alas kaki,” ujarnya.
Terdapat beberapa program prioritas yang dilaksanakan, antara lain pengembangan standard kompetensi SDM industri, penumbuhan wirausaha baru dan mendorong program national branding untuk IKM alas kaki.
Salah satunya contohnya yang telah dilakukan adalah, program pengembangan merek sepatu Ekuator, di mana Kemenperin bertindak sebagai pemilik brand, melakukan pemasaran, dan pemegang hak atas karya intelektual desain sepatu tersebut yang diproduksi oleh IKM nasional.
Gati berharap dalam acara bimbingan teknis Operator Jahit Sepatu dan Bimbingan Teknis Desain Alas Kaki Tingkat Dasar ini para peserta akan mampu meningkatkan produktivitas dan daya saingnya, serta terciptanya SDM yang memiliki keterampilan teknis sesuai tuntutan pasar saat ini sehingga dapat memenuhi selera konsumen di pasar domestik dan ekspor.
Pewarta: Sella Gareta
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018