Jenewa (ANTARA News) - Brasil menawari memukimkan 100 pengungsi Palestina, yang melarikan diri dari rumahnya di Irak, kata badan urusan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR). Badan dunia tersebut menyatakan sebagian besar pengungsi itu tinggal di perkampungan di gurun sedikit di dalam Yordania empat tahun terahir. Mereka diperkirakan pindah pada tengah September sesudah beberapa pekan belajar bahasa Portugal dan pengenalan kebudayaan Brasil. Pengungsi Palestina itu sekarang ditampung di perkampungan Yordania, kata pemerintah Brasil di Rio de Janeiro tengah Juni, bertepatan dengan Hari Pengungsi Dunia. Mereka ditampung di perkampungan Ruweished, dekat perbatasan Yordania-Irak. Pengungsi itu akan mendapatkan syarat resmi dan rencana perjalanan, yang ditangani kantor UNHCR, kata pernyataan badan dunia tersebut. "Itu kemanusiaan pemerintah Brasilia, yang disetujui dengan suara bulat oleh Panitia Negara untuk Pengungsi (Conare) pada 25 Mei, kata wanita jurubicara Nara da Conceicao Silva dalam pernyataan UNHCR. Di Brasil, pengungsi itu tidak akan dijadikan sasaran pembedaan, karena kesetiaan, asal, bangsa dan cara hidup mereka, kata Ketua Conare Luiz Paulo Barreto. Kendati demikian, tambahnya, "Mereka akan menyadari betapa sulit kemungkinan pekerjaan dan kenyataan lain, yang akan mereka hadapi di Brasil," katanya. Orang Palestina tinggal di Irak sejak pendudukan pimpinan Amerika Serikat pada 2003 sering menjadi sasaran penculikan, penyiksaan dan penahanan sewenang-wenang oleh kelompok bersenjata binaan tentara. Banyak di antara mereka lari ke Yordania dan Suriah, tempat mereka ditampung di perkampungan di dekat perbatasan dengan Irak. UNHCR memperkirakan sekitar 15.000 orang Palestina masih tinggal di Irak dan sekitar 186 di antaranya tewas sejak perang Irak dimulai. Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir tahun lalu memperkirakan jumlah pengungsi dunia mendekati 10 juta dan 1,5 juta di antaranya di Irak. Conare menyatakan Brasil telah menjadi rumah bagi hampir 3.400 pengungsi dari 69 negara, 78 persen dari Afrika dan kelompok terbesar adalah dari Angola (1.684 orang). UNHCR berulangkali menyeru masyarakat dunia menolong pengungsi Palestina di Irak atau perbatasannya, tanpa tempat untuk lari. Brasil merupakan salah satu dari tiga negara pemberi tanggapan. Kanada sudah menerima 55 pengungsi dan Selandia Baru 22 orang dalam beberapa tahun terahir. Lebih dari 1.450 warga Palestina masih terperangkap di tapal batas Irak-Suriah dalam keadaan menyedihkan, sementara 13.000 lagi di Bagdad terancam dibunuh, menjadi sasaran atau dihina, kata UNHCR. Anak-anak Palestina terjebak di Irak menghadapi ancaman kematian atau keruwetan hidup jika tidak segera diungsikan dan mendapatkan perawatan cepat kesehatan, kata UNHCR ahir Juni di Jenewa. UNHCR menyatakan sedikit-dikitnya belasan orang Palestina sakit parah memerlukan perawatan di luar negara terkoyak perang itu, terutama anak-anak terjebak di Bagdad atau perkampungan pengungsi di perbatasan Suriah. Bocah termuda berusia 15 bulan. Jurubicara UNHCR Ron Redmond menunjuk bocah berusia dua tahun pengidap kelumpuhan otak, yang memiliki kekebalan sangat rendah, memerlukan terapi segera dan sudah berhenti makan. Bocah lain, gadis berusia 13 tahun penderita cedera tulang belakang, akan lumpuh selamanya dari leher ke bawah jika tidak segera mendapat perawatan, katanya kepada wartawan. Ibu gadis itu meninggal beberapa tahun lalu, bapaknya dibunuh pada Januari dan rumahnya dibakar kelompok bersenjata, tambah Redmond, seperti dikutip DPA. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007