Jakarta (ANTARA News) - Satu-satunya perusahaan produsen vaksin di Indonesia, PT Bio Farma (Persero), telah memasok produknya untuk 70 persen kebutuhan vaksin di dunia yang lebih dari 130 negara, kata Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), Rahman Rustan.
Dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin, Rahman yang menggantikan Iskandar, menyatakan, PT Bio Farma (Persero) ingin menjajajaki potensi kerja sama riset atau produksi yang bisa disinergikan dengan negara-negara sahabat di seluruh dunia.
"Jika sebelumnya kami bekerjasama melalui jalur UNICEF. Selanjutnya, kami harapkan dengan ada pertemuan ini dapat memudahkan akses kerja sama bilateral karena adanya bantuan dari para duta besar Indonesia," kata Rahman dalam pertemuan dengan empat duta besar Indonesia yang mewakili setiap benua.
Mereka adalah duta besar Indonesia untuk Iran dan Turkmenistan mewakili regional Timur Tengah, duta besar Indonesia untuk Rumania mewakili regional Eropa, duta besar Indonesia untuk Kamboja mewakili regional Asia Tenggara, dan duta besar Indonesia untuk Peru mewakili Regional Amerika latin.
Rahman menyebutkan meskipun sejauh ini pihaknya masih mendapatkan banyak bantuan dari para duta besar Indonesia di beberapa negara. Namun, PT Bio Farma (Persero) sangat membutuhkan saran, diskusi serta dukungan dari Kementerian Luar Negeri dan juga para duta besar dalam menggali potensi lain.
Rahman menambahkan yang paling berpotensi untuk dijajaki adalah produk herbal mengingat potensi biodiversity atau keanekaragaman hayati untuk produk herbal di indonesia cukup besar.
"Kami fokus pada produk bioteknologi, sehingga untuk kerja sama produk herbal kami ingin mengajak tiga BUMN lain yaitu PT Indofarma, PT Kimia Farma, dan PT Phapros," ujar Rahman.
Dubes Indonesia untuk Iran dan Turkmenistan, Octavino Alimudin, berpendapat posisi Indonesia sebagai produsen vaksin dan serum memang sangat diakui oleh dunia, bahkan menjadi potensi pasar baru bagi Indonesia melalui Bio Farma.
"Ini sangat bisa membantu kami untuk bisa menjalin kembali serta merintis segala hal yang tentunya akan menguntungkan bagi kedua belah pihak," tutur dia.
Dia menambahkan, ke depan akan dilakukan kerja sama formal, baik dalam bentuk nota kesepahaman atau kontrak lainnya, atau hal yang ingin diperoleh dari negara masing-masing kawasan. Selain itu, Dubes RI tersebut akan mencari potensi yang bisa dijajaki dari negara itu.
"Segala hal yang bersifat politik tentunya harus kita jabarkan dalam bentuk kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan," kata dia.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018