Manajer Humas PT KAI (Persero) Daop 7 Madiun Supriyanto Senin mengatakan, meski jalur rel kereta api yang dilanda longsor di Gundih-Karangsono sudah selesai diperbaiki dan bisa dilalui, namun tiga KA masih terpantau terlambat masuk Stasiun Madiun pada Senin pagi.
"Dari pantauan kami pada Senin (19/2), beberapa perjalanan kereta api dari Jakarta menuju wilayah Daop 7 Madiun, pagi ini masih mengalami keterlambatan. Itu dikarenakan KA Bangunkarta dan KA Matarmaja masih dialihkan lewat Gambringan," ujar Supriyanto.
Sesuai data, KA yang terlambat adalah, Ka Bangunkarta relasi Gambir-Semarang-Madiun-Surabaya masuk Stasiun Madiun terlambat 140 menit. Seharusnya tiba di Stasiun Madiun pada Senin (19/2) jam 01.04 menjadi jam 03.24 WIB.
Kemudian, KA Matarmaja relasi Jakarta Pasar Senen-Semarang-Madiun-Malang mengalami keterlambatan 140 menit. Seharusnya masuk Madiun jam 02.54 WIB, menjadi tiba jam 05.14 WIB.
Serta, KA Majapahit relasi Jakarta Pasar Senen-Semarang-Madiun-Malang terlambat 60 menit. Jadwal seharusnya tiba di Stasiun Madiun jam 05.19, baru tiba Madiun jam 06.19 WIB
"Sedangkan KA Brantas relasi Jakarta Pasar Senen-Semarang-Madiun-Blitar masuk Madiun tepat jam 04.50 WIB," kata dia.
Supriyato menjelaskan, meski jalur Gundih-Karangsono sudah selesai diperbaiki dan bisa dilalui, namun belum maksimal. Kereta api yang melintasi jalur tersebut masih dibatasi kecepatannya yakni 5 kilometer per jam.
KA pertama yang melintas jalur tersebut setelah tertutup longsor lebih dari sehari adalah KA Brantas tujuan Jakarta. Setelah dilewati KA Brantas tujuan Jakarta, PT KAI langsung melakukan evaluasi hasil perbaikan jalur itu hingga dinyatakan benar-benar aman dilintasi secara normal.
Seperti diketahui, pada Sabtu (17/2) pagi jalur Gundih-Karangsono terdampak becana tanah longsor, tepatnya di KM 61+7/8, sehingga tidak bisa dilewati KA. Imbasnya, KA-KA yang dari dan menuju Madiun rutenya dialihkan melewati stasiun Gundih-Gambringan-Semarang.
"Semoga tidak ada kejadian lagi yang mengganggu perjalanan KA," kata Supriyanto.
Pewarta: Louis Rika Stevani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018